Thursday, March 29, 2012

Dahlan Iskan untuk 2014? Jangan Terburu-buru Kawan

Dahlan Iskan saat berdialog dengan mahasiswa yang berdemonstrasi

"Anda demo ya?," tanya Dahlan Iskan.
"Iya Pak, kami lagi demo,"  jawab beberapa mahasiswa.
"Demo soal apa?" tanya Dahlan lagi.
"Demo Pilkada, Pak," jawab mereka.
"Pilkada di mana?," Dahlan melanjutkan pertanyaan.
"Pemilihan gubernur DKI, Pak," jawab Dadan Gundara, salah satu demonstran.
 "Mengapa Anda demo Pilkada DKI?," Dahlan terus bertanya.
"Supaya gubernur DKI yang akan datang lebih bagus Pak," jawab mahasiswa Politeknik Negeri
Jakarta yang tergabung dalam BEM Jakarta Raya itu.
"Bagus.. bagus," kata Dahlan.
"Ini Pak Dahlan ya. Benar ini Pak Dahlan Iskan ya," tanya Dadan.
"Iya, saya Dahlan. Kenapa?" Jawab Dahlan.
"Alhamdulillah, saya bisa bertemu langsung dengan  Bapak. Selama ini saya hanya baca di online. Kita sering mendiskusikan berita tentang Bapak," kata mahasiswa  asal Padalarang, Bandung Barat, tersebut.
"Bapak baru habis olahraga ya?" tanya Dadan.
"Tidak, saya baru habis kasih kuliah di situ," kata Dahlan sambil menunjuk kantor Lembaga Pertahanan Nasional.  "Di Lemhannas," Dahlan menambahkan.
"Kok, pake sepatu kets, Pak," Dadan menimpali. "Jadi berita-berita Pak Dahlan pake sepatu kets itu benar donk," ia melanjutkan pertanyannya.
"Demonya sudah selesai?" Dahlan memotong pertanyaan soal sepatu kets..
"Sekarang istirahat dulu Pak,  mau salat dhuhur. Boleh pinjam tempat salat di sini, Pak," kata Dadan kepada Dahlan.
"Salat di kantor saya saja. Ayo," jawab Dahlan sambil berjalan agak cepat ke arah kantornya yang jaraknya sekitar 200 meter dari tempat mereka berdialog.
"Kantor Bapak di mana" Jauh tidak dari sini," tanya Dadan.
"Itu, dekat," kata Dahlan sambil menunjuk kantor Kementerian BUMN.
"Anda makan dulu yah baru salat. Biar teriakannya kencang. Kita makan sama-sama di kantin," kata Dahlan.
"Kita sudah makan, Pak. Terima kasih," kata Dadan.
"Benar sudah makan," kata Dahlan lagi.
"Sudah Pak. Kita semua sudah makan," jawab Dadan.
"Teriakan kami kencang, Pak. Kalau tidak percaya boleh dicoba Pak," timpal Yusuf Fauzi, salah satu demonstran dari BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
"Kalau begitu kita salat saja ya. Mau di musalah  atau di ruangan saya. Mana teman-temanmu yang lain," kata Dahlan sambil berhenti sejenak.
"Sebentar Pak, saya panggil mereka," kata Dadan, lalu berjalan ke arah teman-temannya yang masih bertahan di depan kantor gubernur DKI.
Dahlan menunggu di depan kantor Kementerian BUMN.
 "Mereka salat di sana, Pak," katanya setelah kembali.
"Ayo, salat di ruangan saya saja," kata Dahlan sambil berjalan menuju lobi kantornya.
Dua mahasiswa demonstran itu pun masuk ke lift bersama Dahlan, ke lantai 19. Dahlan mengajak keduanya  ke ruang kerjanya. "Ini kamar mandi, Anda wudhu di situ," kata Dahlan kepada keduanya.
Ketika Dadan dan Fauzi sedang berwudhu, Dahlan menyiapkan dan menggelar sejadah di sisi selatan ruang kerjanya. Setelah dua mahasiswa tersebut keluar dari kamar mandi,  gantian Dahlan yang masuk untuk berwudhu. Sehabis wudhu, Dahlan langsung qomat dan mempersilakan Dadan menjadi imam. Usai salat, Dadan dan Fauzi  turun bersama Dahlan ke lobi kantor. Keduanya kemudian kembali menemui teman-temannya di depan kantor gubernur DKI dan Dahlan menuju Hotel Borobudur untuk ceramah di depan ratusan direktur utama  perusahaan Badan Usaha Milik Daerah.
Itulah dialog antara Dahlan Iskan dengan dua demonstran yang terjadi beberapa minggu yang lalu. Mereka bertemu secara kebetulan di trotoar depan Kantor Gubernur DKI di Merdeka Selatan. Waktu itu Dahlan Iskan baru saja selesai memberi kuliah kepada mahasiswa Lemhannas dan hendak menuju kantornya di Kementerian BUMN dengan jalan kaki. Sementara Dadan dan teman-temannya (tampak sekitar 20 orang) sedang berdemo di depan Kantor Gubernur DKI.  Dahlan memang sering jalan kaki kalau hendak dan dari kantor-kantor di sekitar Merdeka Selatan. Kalau ke Istana Wapres ia beberapa kali jalan kaki pergi-pulang. Begitu pula ke kantor Kementerian ESDM. Dalam lift Dadan, yang cerewet itu, juga bertanya tentang rencana pemerintah menaikkan tarif BBM. Dahlan yang wartawan, menjawab dengan sangat tangkas. "Presidan pasti memikirkan yang terbaik untuk rakyat," begitu salah satu jawaban Dahlan atas pertanyaan Dadan.
Hal yang paling penting dari bertemunya  Dahlan Iskan dengan mahasiswa demonstran ini adalah sikapnya dia melayani dialog mahasiswa demonstran itu. Juga sikap Dadan dan Fauzi yang begitu berbudaya  bertutur sapa dengan Dahlan yang seorang menteri. Kedua mahasiswa tersebut malah salut dengan Dahlan yang mau melayani mereka sepenuh hati. Saya memang sempat khawatir akan terjadi caci-maki atau keluar kata-kata tidak sopan para demonstran itu kepada pemerintah. Sebab mereka sedang berhadapan dengan seorang menteri, di arena demonstrasi pula. Sebaliknya , mereka begitu sopan bertutur sapa, dan Dahlan pun melayani sepenuh hati. Dialognya begitu cair, saling menghargai, dan Dahlan pun memposisikan para demonstran itu sejajar dengannya pada saat terjadi dialog. Mereka bahkan memuji Dahlan yang meskipun sudah menjadi menteri tetap bersikap apa adanya.
Saat menghadiri rapat di Istana Negara tetap tampil simple dengan sepatu kets
Begitulah sosok Dahlan Iskan. Kalau dalam bahasa jawa, orang seperti Dahlan Iskan ini mendapat sebutan “grapyak”. Dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih mudah bergaul dengan siapa saja. Jujur, sudah lama mengidolakan tokoh yang satu ini. Ketika saya masih duduk di bangku SMA. Kebetulan keluarga saya berlangganan surat kabar Jawa Pos. Saya mulai intens membaca mengenai Dahlan Iskan ketika beliau menulis pengalamannya tentang perjuangan bertahan hidup. Pada tahun 2007, beliau sempat berobat ke China untuk melakukan transplantasi hati. Kisah yang beliau tuliskan sangat menyentuh, sekaligus banyak membari motivasi, saya yakin tidak hanya bagi saya, akan tetapi banyak juga pembaca Jawa Pos yang mengalaminya. Belakangan, namanya semakin sering terdengar di telinga kita. Berbagai terobosan dia lakukan ketika mendapat mandat dari Presiden untuk menduduki jabatan Dirut PLN pada tahun 2009. Berkat prestasinya membenahi PLN, Presiden kembali memberikannya mandat baru untuk menempati posisi Menteri BUMN. Rasanya hanya berita positif yang kita dapat dari sosoknya. Tak heran, mulai banyak kalangan yang memunculkan namanya dalam bursa pemilihan 2014 nanti.
“Bahaya.. bahaya sekali!” Kata-kata ini meluncur dari mulut Dahlan Iskan ketika ditanya soal pencalonan dirinya sebagai presiden. Menteri BUMN itu selalu mengelak menanggapi wacana pencapresan dirinya oleh Partai Demokrat (PD). Dia mengatakan bahwa implikasinya bisa macam-macam. “Pertama saya akan dianggap kerja keras karena punya keinginan politik tertentu. Bahaya kedua, hal itu akan mengganggu saya untuk bekerja keras di Kementerian BUMN. Ini bisa mengganggu keikhlasan saya dalam menjalankan tugas,”
Cerdas, pekerja keras dan merakyat. Itulah kesan sebagian kalangan terhadap Dahlan Iskan. Ini kontras dengan gaya para pejabat yang gila hormat dan gemar bermewah-mewah (meskipun tidak semua pejabat seperti itu). Dahlan jadi pusat perhatian, dan politisi Partai Demokrat pun merasa memilikinya. Maklum, SBY-lah yang menunjuk Dahlan sebagai Dirut PLN dan Menteri BUMN. Makanya, setelah PD kehilangan masa depan politik Anas Urbaningrum akibat belitan skandal Wisma Atlet dan Hambalang, Dahlan jadi pilihan. PD harus mempunyai calon presiden karena SBY tidak mungkin dicalonkan lagi. Padahal SBY sudah berulang kali melarang istrinya, Ani Yudhoyono untuk maju pada Pilres 2014. PD memang harus mulai mengelus jago capres, sebab para kadernya percaya, partai ini akan tetap bisa memenangkan pemilu mendatang. Jadi aneh bila partai-partai lain sudah memunculkan nama-nama, PD sebagai partai besar justru tampak kebingungan. Jika Partai Golkar hendak mengajukan Aburizal Bakrie, PDIP memiliki Megawati atau Puan, PAN sudah menetapkan Hatta Rajasa, Gerindra percaya diri dengan Prabowo Subianto, lalu siapa calon PD?
“Saya kenal Dahlan Iskan, mungkin saudara tidak. Tapi dengan saya intens sekali. Ketika saya minta tugas selesai minggu depan, ternyata selesai hanya dalam tiga hari. Cepat, bukan 3 minggu,” kata SBY yang disambut tepuk tangan hadirin. SBY dan Dahlan memang sudah saling mengenal sejak 2004, ketika SBY baru memperkenalkan Partai Demokrat untuk menghadapi Pemilu 2004. Dahlan merupakan salah satu tokoh media yang ditemui SBY saat itu. Usai pemilu legislatif, salah seorang kepercayaan Dahlan di Grup Jawa Pos, yakni Alwi Hamu, membentuk sebuah tim pemenangan SBY-JK yang diberi nama Tim Lembang Sembilan. Alwi Hamu, Komisaris Utama Fajar Grup, kelompok media di bawah Grup Jawa Pos, saat itu bertugas membangun pencitraan melalui media.
Kedekatan Dahlan dengan SBY dibuktikan, ketika pria kelahiran Magetan, Jawa Timur itu ditunjuk menjadi Dirut PLN pada akhir 2009. Dengan gaya kepemimpinan yang berbeda dari pimpinan PLN sebelumnya, Dahlan berhasil meningkatkan kinerja PLN. Dahlan kemudian diangkat menjadi Menteri BUMN pada 17 Oktober 2011. Dalam hitungan pekan, sepak terjang Dahlan sebagai menteri mendapat banyak apresiasi. Bukan saja oleh lakunya yang antiprotokoler atau kedekatannya dengan bawahan atau para pengguna jasa BUMN yang dipimpinnya, tetapi juga oleh konsep manajemen BUMN yang hendak dikembangkannya. Nama Dahlan pun moncer: populis, cerdas, jujur, dan bersih. Wajar bila banyak kalangan yang mendambakan republik ini dipimpin orang seperti dia. Bagi kalangan PD yang sedang membutuhkan figur baru, nama Dahlan pun dipuja-puji. Paling tidak, SBY sangat tepat memilih orang ini.
Dahlan Iskan memang tampil beda dengan para pejabat lainnya. Sosoknya yang populis gampang membuat masyarakat jatuh suka. Apalagi masyarakat sudah bosan dengan elit yang selama ini bergaya hedonis. Model kepemimpinan Dahlan Iskan disukai karena gaya kepemimpinannya yang tidak linier, tidak textbook dan tidak birokrat, tetapi harus diingat Dahlan selama ini baru terbukti sukses memimpin lembaga media dan PLN yang ruang lingkup atau levelnya lebih kecil dari mempimpin bangsa. Masih ada beberapa tahapan ujian yang harus dibuktikan Dahlan bila ingin maju menjadi presiden. Dahlan Iskan belum terbukti dalam menyelesaikan konflik masyarakat, masalah SARA, disintegrasi, dan isu politik yang kategori permasalahanya tingkat tinggi.
Transformasi kepemimpinan Dahlan diperlukan untuk maju ke level yang lebih tinggi. Kita harus melihat sepak terjangnya dan kinerja mereka untuk kepentingan rakyat seperti apa, jadi jangan cepat terpesona karena pakai sepatu kets, naik kereta api atau karena gaya hidup.Walaupun demikian, saya tetep menaruh harapan besar pada sosok Dahlan Iskan. Indonesia memang membutuhkan figur seperti beliau. Kesederhanaan, kecepatan dalam mengambil keputusan dan ketulusannya dalam bekerja memberikan harapan bagi Indonesia untuk berubah menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

No comments:

Post a Comment