Thursday, March 14, 2013

Jejak Sejarah Sepak Bola

Setelah sebelumnya saya pernah menulis mengenai darimana asal-muasal sepak bola, kali ini saya akan berbagi sedikit informasi mengenai jejak sejarah permainan sepak bola di berbagai belahan dunia. Sepak bola memiliki sejarah yang panjang, mulai dari olah raga yang digunakan untuk mengasah fisik sampai dengan olah raga yang dijadikan sebagai media perang antar suku. Model permainan dan aturan yang berlaku juga berbeda-beda di berbagai tempat. Maklum, kala itu sepak bola modern belum ditemukan dan peraturannya pun belum disempurnakan seperti saat ini.

FIFA telah mengakui bahwa sepak bola berasal dari benua Asia, tepatnya dari negeri China. Manuskrip mengenai sepak bola tersebut menyatakan bahwa olah raga ini telah dimainkan secara turun-temurun sejak masa dinasti Tsin (255 - 206 SM). Dalam manuskrip itu disebutkan bahwa sepak bola diperoleh secara turun-temurun sejak 5000 tahun sebelumnya.  Nama untuk permainan ini sendiri kala itu adalah tsu chu. Arti dari kata tsu chu sendiri adalah ‘menendang bola’ dan munculnya berasal dari kepercayaan China kuno.

Relief orang Yunani yang memainkan episkyro
Sedangkan di benua Eropa, jejak mengenai permainan sepak bola bisa ditelusuri setelah ditemukannya dokumen mengenai sepak bola di Yunani dan Romawi. Di Yunani, bermain bola sudah dikenal pada tahun 800 SM dengan nama episkyro. Salah satu bukti sejarah yang dapat ditelusuri terkait dengan adanya relief di National Museum of Archeologi di kota Athena. Relief itu menggambarkan seorang Yunani yang sedang bermain bola dengan kakinya.

Pasukan Romawi yang menyerbu Yunani pada 146 SM kemudian mengadopsi permainan ini dan menyebarkannya seiring penaklukan wilayah-wilayah Eropa. Oleh orang Romawi sendiri, episkyro mereka sebut dengan harpastrum. Kaisar Romawi, Julius Caesar, tercatat sebagai penggemar harpastrum. Dia memilih olahraga sebagai wadah bagi para pasukannya untuk mengasah fisik mereka.

bangsa Romawi bermain harpastrum
Permainan ini semakin popular ke suluruh pelosok negeri. Orang Romawi kala itu sering memainkan harpastrum sebagai olahraga pagi di lapangan yang disebut dengan palaestra. Harpastrum juga berkembang menjadi berbagai jenis permainan, mulai dari bola tangan (expulsim ludere), hoki, harpasta, phaininda dan olah raga yang saat ini disebut dodge ball.

Di Roma, luas lapangan harpastrum menyesuaikan dengan jumlah pemainnya. Pernah suatu ketika, harpastrum dimainkan oleh lebih dari 100 orang sehingga olah raga ini kala itu justru lebih menyerupai kerusuhan massal. Penulis Romawi, Horatius Flaccus dan Virgilius Maro, menyebut harpastrum sebagai “permainan biadab”. Olahraga ini pada perjalanannya kemudian dilarang untuk dimainkan diseluruh wilayah Romawi.

Bangsa Inggris mulai mengenal sepak bola pada abad ke-2. Mereka mulai memainkan sepak bola setelah berhasil mengalahkan tentara Romawi kala itu. Sama seperti Romawi, permaian bola di Inggris jauh lebih brutal karena dimainkan di lapangan yang luas atau jalanan yang berjarak 3-4 km. King Edward II menyebut sepak bola sebagai “permainan setan yang dibenci Tuhan”.

Pada April 1314, dia melarang rakyatnya untuk memainkan melakukan olahraga ini, terutama untuk kalangan ningrat karena menggunakan tengkorak sebagai bola. Raja juga khawatir jika prajurit terlalu sering bermain bola makan mereka lupa untuk mengasah kemampuan berkuda dan memanahnya. Pelarangan memainkan sepak bola di tanah Britania kemudian berlanjut hingga Ratu Elizabeth I bertahta (1533-1608).

Philip Stubbes pada 1583 menulis buku dengan judul The Anatomie of Abuses dan menggambarkan kekerasan dalam sepak bola kala itu dengan jelas. “Ratusan orang mati dalam satu pertandingan yang berlangsung dengan brutal” tulisnya. Pemain yang selamat banyak yang cedera parah. Patah kaki, remuk tulang punggung, kepala bocor, mata buta merupakan jenis-jenis cedera yang seringkali dialami orang yang memainkan sepak bola kala itu.

Begitu brutalnya olah raga ini membuat Stubbes juga secara konsisten mengkampanyekan penolakan terhadap sepak bola. Pihak geraja pun ikut turun tangan dengan kondisi ini. Sepak bola kala itu sering dipertandingkan pada hari minggu yang merupakan hari Sabath. Pihak gereja kemudian memberikan respon dengan mengeluarkan peraturan bahwa siapa saja yang kedapatan bermain bola akan dihukum penjara selama seminggu.

penduduk Normandy bermain la soule
Di wilayah Perancis, sepak bola mulai dikenal pada 50 SM dari tentara Romawi. Olah raga ini kemudian dikenal dengan sebutan la soule. Permainan ini dikembangkan oleh orang-orang dari daerah Normandy dan Picardy. Jumlah pemain tiap tim adalah 20-200 orang. Orang Perancis memainkan la soule atau choule tanpa menggunakan peraturan yang jelas dan tanpa batasan jumlah pemain. Bahkan seringkali pertandingan berlangsung hingga beberapa hari. Akibatnya, Raja Felipe V pada tahun 1319 melarang la soule yang kemudian juga dilanjutkan kebijakan serupa oleh raja-raja setelahnya.


Setelah berakhirnya era kekaisaran Romawi, sepak bola telah mengalami banyak perkembangan, terutama dalam teknis dan aturan permainan. Salah satu perkembangan signifikan terhadap permainan ini adalah ketika orang Florence memainkan calcio. Aturan dari calcio sudah jelas. Setiap tim beranggotakan lebih dari 27 orang. Cara bermainnya juga sederhana; menendang, mengumpan dan menggiring bola untuk dibawa ke garis pertahanan lawan. Kala itu belum ada gawang yang digunakan dalam permainan.


Selain di daratan Eropa dan Asia, sejarah mengenai sepak bola juga dapat dilacak keberadaannya di benua Amerika. Suku Indian dan Aztec sudah mengenal sepak bola sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka menyebut sepak bola dengan nama pasuckaukohowog. Namun khusus untuk suku Aztec, permainan bola merupakan gabungan dari basket, voli dan sepak bola sekaligus. Sedangkan untuk suku Indian, sepak bola lebih mirip perang antar suku yang di lapangan luas. Bahkan pertandingan bisa berlangsung hingga berhari-hari apabila skor masih imbang.

ilustrasi permaian pasuckaukohowog
Kadua suku ini selalu melakukan ritual sebelum berlangsungnya pertandingan. Mereka mengenakan berbagai atribut suku dan mengecat tubuh mereka layaknya akan berangkat ke medan perang. Tujuan dari diadakannya ritual sebelum pertandingan ini adalah untuk menolak bala. Di dalam setiap pertandingan, tiap tim yang bertanding bisa berjumlah 500 orang. Karena kerasnya permainan, pasuckaukohowog seringkali menyebabkan pemainnya mengalami cedera berbulan-bulan lamanya.

ilustrasi permaian aqsaqtuk
Jejak sepak bola di benua Amerika juga didapatkan dari sejarah suku Eskimo pada tahun 1600-an. Mereka menyebut sepak bola dengan aqsaqtuk yang artinya kurang lebih bermain sepak bola di es. Mereka memainkannya di es karena suku ini memang terdapat di kawasan Amerika bagian utara, salah satunya di Alaska. Permainannya melibatkan dua tim yang biasanya berasal dari dua desa. Arena pertandingannya bahkan bisa mencapai belasan kilometer panjangnya. Teknik terpenting yang dibutuhkan dari aqsaqtuk adalah kemampuan untuk menendang bola sejauh mungkin.

No comments:

Post a Comment