Photo by getty image |
Setting film ini adalah pada tahun 70-an, dimana kala itu
perekonomian di wilayah “Phili” sedang memburuk. Banyak pengangguran di kota
tersebut hingga mengakibatkan Papale juga menjadi salah satu korbannya. Dia kehilangan
profesinya sebagai guru karena kebijakan yang diterapkan sekolah tempatnya
mengajar untuk melakukan penghematan anggaran. Istrinya yang kemudian meminta
berpisah menjadi pelengkap kesialan Papale.
Untuk menyambung hidup, Papale kemudian bekerja di bar milik
seorang temannya menjadi bartender. Peruntungan Papale baru muncul ketika
Philadelphia Eagle yang menghadirkan pelatih baru mengadakan open trial bagi semua penduduk kota.
Hebatnya dia menjadi satu-satu orang dari ribuan peserta yang direkrut untuk
memperkuat Philadelphia Eagle di NFL.
Dia dipilih bukan hanya karena pertimbangan teknis semata. Pelatih
yang memilihnya juga memiliki pertimbangan nonteknis. Sebagai “putra daerah”, meskipun
kala itu umur Papale telah menginjak 30 tahun, akan tetapi pelatih melihatnya
sebagai pemain yang selalu bermain dengan hati. Kecintaan terhadap tim yang dia
idolakan sejak kecil selalu memberikan energi lebih baginya di tiap sesi
latihan.
Perjalanan karirnya di NFL tidak langsung mulus. Dalam pertandingan
preseason, dalam 6 pertandingan
pembuka tim ini selalu menelan kekalahan. Baru akhirnya pada pertandingan ke-7
tim ini mendapatkan kemenangan perdana. Kemenangan itu didapatkan kala Eagle
bermain di kandang. Dan tebak, siapa yang menjadi pahlawan dalam pertandingan
tersebut? Vince Papale! “putra daerah” yang selalu bermain dengan segenap
hatinya ketika bertanding.
Quatrick Hasil Imbang
Tahukah anda salah satu penyebab hasil buruk yang didapatkan
Roma musim lalu? Jawabannya adalah kehilangan banyak poin dari tim yang diatas
kertas bisa dikalahkan. Setelah jawaban yang saya berikan pasti anda langsung
merespon“Ini kan sepak bola, bukan matematika”. Ya, hal tersebut memang benar, akan tetapi jangan dilupakan
juga bahwa musim lalu Roma mampu mengalahkan tim yang termasuk dalam the magnificent seven di Serie A.
Torino, Sassuolo, Cagliari dan terakhir Atalanta merupakan
tim yang diatas kertas seharusnya bisa diatasi oleh Roma. Akan tetapi dari
keempat pertandingan tersebut, Roma justru hanya mampu meraih hasil imbang. Khusus
untuk pertandingan semalam saya memiliki beberapa catatan penting. Akan sangat
menyenangkan apabila catatan saya ini bisa diberikan kepada om Rudi. Barangkali
bisa membantu mengurangi kebiasaannya mencatat ketika pertandingan
berlangsung (*^&^%$%$#???/ ).
Seumpama malam ini saya bisa bertemu dengan om Rudi, ada
satu pertanyaan yang sangat ingin saya sampaikan kepadanya. “Sebenarnya apa
yang anda pikirkan dengan seorang Marquinho?”. Jujur saja, makin lama saya
makin jengkel dengan pemain yang satu ini. Permainannya musim ini tidak kunjung
membaik. Apalagi setelah insiden “banting botol” yang sempat dia lakukan ketika
ditarik keluar saat pertandingan tandang melawan Sampdoria. Permainannya
semalam sangat mengecewakan. Sering kehilangan bola, baik itu salah umpan
maupun mudah terjatuh. Sebentar lagi bulan Januari, semongga pakdhe Sabatini
mempertimbangkan pemain ini untuk dilego.
Gol Atalanta yang dicetak Brivio semalam memang terlihat
sangat konyol. Kiper sarat pengalaman yang sebelumnya paling sedikit kebobolan
di Seria A musim ini dengan hanya 3 gol bisa ditaklukkan dengan begitu
mudahnya. Gol dari Brivio semalam juga mengingatkan saya dengan gol yang dulu
pernah dicetak oleh Lamela kala Roma bertandang ke San Paolo dengan meraih
kemenangan 1-3. Kebiasaan buruk “Saint Morgan” yaitu mrucutan (tangkapannya
tidak lengket) kembali terlihat musim ini. Semoga performa MDS bisa kembali
membaik di pertandingan selanjutnya.
Untuk pertama kalinya musim ini, DDR tidak bermain penuh. Dia
digantikan oleh Ljajic yang semalam kembali tampil sebagai supersub dengan satu assist untuk
gol Strootman. Yang membuat saya kaget adalah ketika ban kapten justru
diberikan kepada Mehdi Benatia. Akhirnya teka-teki siapa kapten ketiga musim
ini pun terjawab sudah. Sebelumnya saya mengira bahwa MDS atau bahkan Florenzi
yang akan menyandang predikat tersebut. Semalam juga menjadi malam yang
bersejarah bagi seorang Roman, dialah Frederico Ricci. Binaan primavera Roma
ini resmi menjalani debutnya bersama. Meskipun singkat dan tidak terlalu
memberikan pengaruh besar, tapi paling tidak dia telah mendapatkan kepercayaan
dari om Rudi.
Saatnya Mencontoh Totti
Saatnya Mencontoh Totti
Apabila gambar tersebut diamati, seharusnya gol yang dicetak
Bradley semalam sah. Terlihat posisi Bradley dan Lucchini berdiri sejajar. Sebelum
kejadian tersebut, pemain Atalanta bahkan terlihat dengan jelas menyentuh bola ketika
menghalau tendangan Maicon. Jadi kesimpulannya Roma dirugikan wasit? Tidak
sepenuhnya. Karena sebenarnya kerugian terbesar Roma disebabkan oleh dua hal.
Yang pertama adalah taktik om Rudi, dan yang kedua adalah absennya Francesco
Totti.
Corierre dello Sport |
Hal ini kemudian diperparah dengan absennya Francesco Totti.
Sejauh ini Totti telah absen dalam 6 pertandingan. Dalam 6 pertandingan
tersebut Roma hanya mampu meraih 2 kemenangan dan 4 kali imbang. Gol yang
tercipta juga sangat minim dibandingkan dengan ketika Totti bermain, yaitu
sebanyak 4 gol saja. Dalam kasus ini saya merasakan dua hal sekaligus, heran
sekaligus kagum. Heran karena begitu berpengaruhnya seorang Totti bagi Roma,
dan kagum dengan pengaruh besar Totti bagi Roma. Nah lho, bingung gak tuh?
“And you guys are not the team that’s short on talent here today. And I swear
you’ll never be again the team short on character. We need to find the soul of
this team again. The soul that drove great Eagle players. Players like Norm Van
Brocklin, Tommy McDonald, Steve Van Buren. They weren’t just out here playing
for themselves. They played for a city. People of Philadelphia have suffered. You
are what they turn to in time like these. You are what gives them hope. Lets win
one for them. Let’s win one for us. Bring it in.” – Dick Vermell.
Dalam situasi seperti saat ini, kalimat yang diucapkan
pelatih Philadelphia Eagle sangat tepat ditujukan kepada pemain Roma. Seluruh pemain
harus bermain dengan hati mereka. Mereka tidak hanya bermain untuk mereka
sendiri, mereka harus bermain untuk kota dan bahkan untuk seluruh Romanisti. Sudah
saatnya seluruh pemain bermain layaknya Totti atau bahkan Vince Papale. Keduanya
selalu memberikan yang terbaik bagi tim. Mereka melakukannya karena kecintaan
kepada tim. Dan yang lebih penting lagi, mereka melakukannya dengan sepenuh
hati.
Forza Roma!!!
No comments:
Post a Comment