Performa AS
Roma sejauh ini hingga pekan kesepuluh Serie A begitu mengejutkan. Raihan poin
sempurna dari sepuluh laga merupkan catatan rekor baru bagi klub sekaligus
merupakan rekor baru di Serie A. Kemenangan di pekan kesepuluh juga menjadikan
Roma total mencatatkan 11 kali kemenangan beruntun sejak musim lalu, menyamain
rekor Roma musim 2005-2006 dibawah Spalletti. Catatan 24 gol dan kemasukan 1 gol menunjukkan bahwa tim ini tidak hanya haus gol, akan
tetapi juga memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh. Konsistensi
permainan yang sempat hilang dari tim selama dua musim terakhir akhirnya mulai
diraih kembali.
Banyak yang menganggap pencapaian ini
merupakan kebangkitan tim setelah sempat terpuruk pasca (boleh disebut) “tragedi
26 Mei”. Ya, sebuah laga pamungkas di Coppa Italia melawan tim sekota yang
berakhir mengecewakan bagi seluruh tim dan tentu saja bagi seluruh Romanisti.
Hal lain yang menjadi catatan penting dari perjalanan Roma sejauh ini tentu
saja adalah perubahan kebijakan transfer pemain. Apabila pada tulisansebelumnya saya telah menyoroti kebijakan transfer pemain di sektor pertahanan,
maka dalam tulisan kali ini saya akan membahas mengenai pembenahan lini tengah
dan lini depan.
Diawali dengan kebijakan Roma yang
melepas Panagiotis Tachtsidis. Pemain yang menjadi pilihan utama Zeman musim
lalu tersebut bergabung dengan Genoa. Manajemen memilih untuk menjual separuh
hak kepemilikannya kepada Genoa. Entah apa yang dipikirkan Zeman kala itu,
dimana beberapa kali membangku cadangkan DDR dan memberikan tampatnya kepada
pemuda asal Yunani ini. Yang pasti, performa pemain ini tidak konsisten. Bahkan
seringkali Romanisti mengejeknya tiap kali memegang bola karena menilai
pemain ini tidak pantas untuk mengisi posisi DDR.
Diawal pembukaan bursa transfer, Roma
juga secara resmi memermanenkan status Mattia Destro. Total dana yang
dikeluarkan untuk striker muda potensial ini adalah sekitar €14 juta. Walaupun saat
ini dia masih mengalami cidera pasca berlaga di Piala Eropa U-21, akan tetapi
manajemen yakin bahwa pemain yang dijuluki "Destroyer" ini akan mampu bersinar bersama Roma. Musim lalu,
penyerang yang memulai karir dari akademi Inter ini menjadi top scorer klub di
Coppa Italia dengan 5 gol. Sedangkan di Serie A, debut perdanyana bersama Roma
menghasilkan 6 gol dan 2 assist.
Untuk lini tengah, musim ini Sabatini
berhasil mendatangkan Kevin Strootman dengan banderol €16,5 juta. Sebuah nilai
transfer tertinggi bagi Roma dibawah kepemimpinan James Pallotta. Bisa dibilang
bahwa transfer ini mengagetkan, pasalnya sudah lama pemain asal PSV ini gencar
disebutkan menjadi salah satu target utama Manchester United dan AC Milan. Hal
ini menjadikan Strootman mengorbankan kesempatan untuk bermain di kompetisi
Eropa setelah menjatuhkan pilihan terhadap Roma.
“Memang banyak rumor yang mengaitkan
saya dengan beberapa klub, akan tetapi hanya Roma yang menunjukkan keseriusan
untuk merekrut saya. Apakah nilai transfer yang besar menjadi beban bagi saya?
Tentu saja tidak, saya akan menjadikannya motivasi. Saat ini yang bisa saya
lakukan untuk Roma adalah bermain sebaik mungkin di lapangan, agar tim ini tahu
bahwa mereka telah melakukan pembelian dengan tepat”. - Kevin Strootman.
Soal kemampuan, tidak perlu
dipertanyakan kembali. Strootman seringkali dijuluki sebagai the next Van Bommel. Pemain dengan tipe box to box midfielder ini menjadi inti
permainan dari lini tengah PSV musim lalu. Perannya sebagai penyuplai bola dari
lini tengah ke lini depan PSV sangatlah vital. Musim lalu rataan umpannya 77,3%
dengan presentasi umpan sukses mencapai 91,8% dalam tiap pertandingan PSV di
Europa League. Selain itu, dia juga tercatat sebagai pemain dengan rataan tekel terbanyak dengan presentasi 7,7% di
tiap pertandingan.
“Selain Arjen Robben, Robin van
Persie dan Kevin Strootman, tidak ada pemain yang mendapatkan jaminan dalam
skuad yang akan saya bawa ke Brazil (Piala Dunia 2014)”. – Louis van Gaal.
Dilihat dari statistik tersebut, maka
Strootman merupakan pasangan yang tepat apabila disandingkan dengan DDR dan
Miralem Pjanic. Hal ini pula diamini oleh DDR, dia berpendapat bahwa Strootman
merupakan pemain yang dibutuhkan Roma. Dengan bergabungnya Strootman, makan
musim ini kita akan melihat lini tengah Roma yang lebih mumpuni. Kemampuan
bertahan dan menyerang yang sama baiknya dari Strootman tentu akan memberikan
pengaruh besar bagi variasi permainan dan kreativitas pergerakan dari lini tengah Roma.
Transfer selanjutnya adalah Gervais
You Kouassi atau yang lebih kita kenal Gervinho. Pada awalnya banyak yang
mempertanyakan kebijakan Roma untuk merekrut pemain internasional Pantai Gading
ini. Kegagalan Gervinho bersama Arsenal selama dua musim terkahir semestinya
telah lebih dahulu menjadi pertimbangan Sabatini sebelum merekrutnya. Bahkan di
Arsenal Gervinho sempat dianggap sebagai lelucon oleh gooners karena model
permainannya. "Fullkit wanker". Begitulah sebutan yang kerap kali dilontarkan fans Arsenal kepadanya kala itu.
“Secara logis Gervinho bukanlah
incara saya. Akan tetapi karena permintaan khusus dari Garcia dan demi
kebutuhan tim yang dia inginkan, maka saya bersedia merekrutnya”. - Walter
Sabatini.
Pada akhirnya Roma mengeluarkan dana
€8 juta untuk merekrut Gervinho dari Arsenal. Memang dia mengalami musim buruk
selama di Arsenal, akan tetapi yang perlu dicermati disini adalah keberadaan
Rudi Garcia. Gervinho bisa disebut sebagai salah satu pemain kesayangan Garcia.
Tercatat ini merupakan ketiga kalinya Garcia menginginkan Gervinho untuk berada
dalam skuad asuhannya. Sebelumnya Garcia telah membawa Gervinho ke Le Mans dan
Lille, dua klub Liga Perancis yang pernah ditanganinya.
“Pemain terhebat yang pernah bermain
bersama dengan saya adalah Gervinho”. - Eden Hazard.
Meskipun dengan pencapaian yang
kurang bagus dalam dua tahun terakhir, akan tetapi yang bisa kita simpulkan
dengan transfer Gervinho ke Roma adalah kepercayaan Garcia terhadap kualitas
yang dia miliki. Sering kita dengan istilah di sepak bola, “pelatih lebih tau
dengan kondisi pemain”, maka kali ini kita serahkan sepenuhnya kepada Garcia.
Karena memang Garcia tahu betul bagaimana cara memanfaatkan kemampuan yang
dimiliki oleh Gervinho. Musim 2010-2011 di Lille bermasa Garcia, dia sukses
mengemas 18 gol dan 11 assist di kompetisi domestik Perancis. Hal ini yang
ingin kembali dimunculkan Garcia dari sosok Gervinho di Roma.
Ada pemain yang datang, maka ada pula
pemain yang harus pergi. Kali ini yang harus pergi dari Ibukota adalah Pablo
Daniel Osvaldo. Pemain yang selama dua musim berturut-turut menjadi top scorer
klub dengan total 27 gol. Kepergiannya memang sudah diperkirakan banyak pihak. Sejak
musim pertama datang ke ibukota, pemain ini seringkali menjadi masalah bagi
tim. Sifat temperamen yang dia miliki menjadikannya sebagai salah satu pemain
Roma yang paling menerima kartu merah. Belum lagi perlakuannya kepada rekan satu
tim. Musim 2011-2012 pemain kelahiran Argentinya ini malah pernah memukul wajah
Erik Lamela dalam sebuah sesi latihan.
Dengan banderol €16 juta, PDO
akhirnya dilepas ke klub Premier League Southampton. Dia menjadi pemain
termahal dalam sejarah klub yang berjuluk the
Saint tersebut. Dia menerima pinangan Southampton karena dia merasa supporter
klub tidak memberlakukan dia dengan semestinya. Beberapa kali supporter membentangkan
tulisan yang memojokkannya. Alasan lain mengapa dia memilih Sauthampton adalah
keberadaan Mauricio Pochettino, pelatih yang sempat menanganinya kala bermain
di Espanyol. Dapat disimpulkan bahwa kepergian PDO merupakan win win solution bagi semua pihak, tidak
ada yang dirugikan dari transfer ini.
Kepergian PDO tentu saja menghasilkan
lubang besar di lini depan Roma. Banyak pihak berharap agar manajemen klub
segera merekrut penyerang. Alih-alih merekrut pemain depan, manajemen malah bersiap
melego Erik Lamela. Wonderkid asal
Argentina yang sempat digadang-gadang menjadi penerus Totti. Musim lalu, pemain
ini juga bersinar dengan torehan 15 golnya. Pemain ini santer dikaitkan dengan
Tottenham Hotspur yang kala itu sedang berusaha mencari calon pengganti Gareth
Bale yang diisukan pergi ke Real Madrid.
Isu kepindahan Lamela ini sempat
terjadi berlarut-larut. Spurs melalui Baldini (mantan sport director Roma) belum menemui kesepakatan harga selama
berminggu-minggu nego transfer berlangsung. Akan tetapi sinyal kepindahannya
mulai terlihat ketika Lamela dilaporkan mengucapkan salam perpisahan dalam
salah satu sesi latihan. Dalam sesi latihan tersebut dia bahkan nampak menangis.
Sebuah pertanda bahwa pada dasarnya dia begitu mencintai klub, dan jika harus
pergi dari klub maka hal tersebut bukan pilihannya.
Ketika Open Day (seluruh pemain dan official
tim diperkenalkan didepan Romanisti di Olimpico) Lamela masih masuk didalamnya.
Sampai-sampai Sofia Herrero, kekasih Lamela, berkicau melalui akun twitter
miliknya, ”benar-benar sebuah lelucon besar”. Walaupun beberapa menit kemudian twitt
tersebut dihapus, akan tetapi isu kepindahannya menjadi semakin santer
terdengar. Pada giornata pertama
ketika tim bertandang ke Livorno, Lamela masih sempat masuk kedalam skuad yang
dibawa. Akan tetapi kala itu dia tidak dimainkan Rudi Garcia. Hingga akhirnya
saga transfer Lamela terjawab ketika Spurs resmi melepas Bale ke Madrid dengan
label pemain termahal dunia.
Lamela akhirnya resmi pindah ke klub
yang berdomisili di London tersebut dengan banderol £30 juta. Sebuah harga
tinggi yang sangat sulit ditolak oleh Roma. Namun sebelum kepergian Lamela,
Sabatini dengan cerdik telah mendapatkan winger Fiorentina, Adem Ljajic. Pemain
asal Serbia tersebut didapatkan dengan nilai transfer €11 juta. Sebuah angka
yang bisa dibilang kecil bagi pemuda 22 tahun yang memiliki potensi besar untuk
menjadi pemain besar di Serie A.
Sebelum ke Roma, Ljajic lebih dulu
santer diberitakan akan dipinang Milan. Akan tetapi nilai yang ditawarkan Milan
sangat kecil. Wajar, karena musim ini Milan memang mengalami kesulitan
keuangan. Di Fiorentina, Ljajic lebih dikenal dengan pemain super-sub. Seringkali ketika muncul dari
bangku cadangan, pemain ini langsung memberikan efek besar bagi permainan tim. Musim
lalu, total dia mencetak 11 gol dan 4 assist. Dari sebelas gol yang dia cetak,
7 gol diantara dia cetak dalam 9 partai terakhir Serie A. Pertanda baik bahwa
pemain ini sedang dalam performa puncak.
Akan tetapi, pemain ini juga dikenal
sebagai pemuda yang Bengal. Dia sempat terlibat “baku hantam” dengan pelatih
Dellio Rossi pada tahun 2012 ketika dia ditarik keluar lapangan. Dia juga
memiliki masalah dengan pelatih nasional Serbia, Sinisa Mihajlovic. Pada tanggal
28 Mei 2012, ketika timnas Serbia melakukan partai persahabatan melawan
Spanyol, Ljajic yang kala itu diturunkan sebagai pemain inti menolak
menyanyikan lagu kebangsaan Serbia. Faktor etnis disebut-sebut sebagai salah
satu penyebabnya. Ljajic yang merupakan penduduk minoritas Muslim Serbia
menilai bahwa lirik lagu kebangsaan Serbia terlalu diskriminatif.
Akibatnya hingga saat ini dia tidak
dipanggil lagi untuk bermain bagi Serbia. Dia tidak mempermasalahkan hal
tersebut karena dia percaya bahwa apa yang telah dia lakukan merupakan langkah
yang tepat. Pemain yang dulu sempat nyaris dikontrak Manchester United (telah
menjalani trial, namun gagal karena work
permit yang menjadi syarat kontrak tidak keluar) saat ini menyatakan bahwa
karirnya masih panjang, dan kesempatan untuk membela Serbia pasti akan datang
kembali.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan
kebijakan transfer yang dilakukan Roma musim ini kontroversial sekaligus
brilian. Dilihat dari pemain yang dilepas, memang sangat disayangkan bahwa
kemampuan dan potensi pemain sangat mumpuni. Marquinhos, PDO, Lamela musim lalu
terbukti menjadi pemain-pemain yang berperan vital bagi permainan Roma. Kontribusi
ketiga pemain ini sangat besar bagi lini belakang maupun lini depan Roma. Ditambah
lagi usinya yang masih muda, menjadikan Lamela dan Marquinhos menjadi aset
penting di masa mendatang. Akan tetapi dengan besarnya keuntungan dana yang
didapatkan dari penjualan ketiganya, maka kebijakan manajemen bisa disimpulakan
tapat.
Apabila dilihat dari segi pembelian,
pergerakan Sabatini di bursa transfer kali ini begitu brilian. Mendapatkan
Maicon dengan status bebas transfer, De Sanctis hanya dengan banderol €500.000,
Strootman dengan €16,5 juta, Benatia €12 juta, Gervinho £8 juta dan Ljajic €11 juta,
merupakan sebuah langkah yang jeli. Kali ini bukan hanya potensi yang
dipertimbangkan, akan tetapi juga pengalaman. De Sanctis, Maicon, Benatia dan
Ljajic merupakan deretan pemain yang sudah terbukti kualitasnya di Serie A.
Sedangkan Strootman dibeli karena dia merupakan pemain dengan kemampuan
bermaian yang dibutuhkan Roma.
Dilepasnya beberapa pemain penting
Roma musim lalu juga merupakan langkah manajemen Roma untuk menyeimbangkan kondisi keuangan klub. Dua tahun tidak berhasil menembus kompetisi Serie A merupakan kerugian
besar dari segi pemasukan bagi klub. Ditambah lagi, musim ini Roma tidak
mendapatkan suntikan dana dari sponsor utama, setelah kontrak dengan Wind tidak
diperpanjang. Dengan penjualan beberapa bintang musim lalu, rapor merah keungan
Roma musim ini diharapkan akan berkurang.
Serie A musim ini bisa disebut
sebagai waktu yang tepat bagi Roma untuk berprestasi lebih baik dari musim
lalu. Dengan modal skuad yang mumpuni dan hanya fokus pada kompetisi lokal,
target klub untuk mampu lolos ke kompetisi Eropa musim mendatang semestinya
bisa tercapai. Jikalau pada akhirnya nanti Roma mampu meraih gelar Scudetto,
maka saya lebih senang menyebutnya sebagai bonus dari perjuangan target meraih
posisi ketiga J. Sebagai Romanisti, saya senantiasa mendoakan yang terbaik
bagi AS Roma, apapun hasilnya di akhir musim nanti. Forza Roma!
No comments:
Post a Comment