“UNTITLED”. Jawaban itu
dilontarkan teman saya, Tambun, vokalis, ketika ditanya MC dalam pensi yang
diadakan SMA saya, “nama band yang tampil terakhir apa, nih?”. Ya, ketika itu
band kami menjadi band internal dari sekolah kami yang terakhir tampil. Banyak
kakak kelas yang mengatakan dipilihnya band kami menjadi penutup (sebelum
bintang tamu tampil) karena penampilan kami yang (paling) menghibur ketika
proses seleksi dilakukan. Sebenarnya banyak band internal yang ingin tampil,
akan tetapi karena waktu yang terbatas, maka diadakan proses seleksi untuk
memilih band yang layak tampil.
Logo #DOES |
Setiap band diperbolehkan
membawakan 2 lagu. Kami memilih “Gejolak Kawula Muda” dari Club 80’ dan
“Pejantan Tambun” dari Endank Soekamti sebagai dua lagu yang akan kami bawakan.
Proses seleksi berlangsung sangat lancar, akan tetapi hal yang berbeda terjadi
ketika hari-H. Karena berbagai sebab, tiba-tiba salah seorang panitia memberi
tahu kami bahwa hanya ada satu lagu saja yang bisa kami bawakan. Mau tidak mau
kami harus mematuhi permintaan dari panitia. Kami tetap mecoba fokus untuk bisa
tampil sebaik mungkin.
Tibalah giliran kami tampil di
panggung. Dari sekian banyak band yang tampil, Tambun menjadi vokalis yang
paling cerewet. Setelah kami sempat membawakan intro, dia masih saja ngomong
ngalor-ngidul. Tapi hal ini memang sudah dia persiapkan. Dia mengatakan kepada
kami bahwa sebelum tampil kita harus sebisa mungkin memberikan apresiasi, baik kepada panitia,
penonton dan juga sponsor. Selain itu, hal ini menurutnya juga bisa memikat
hati para juri, agar band kami dipilih menjadi yang terbaik. Hal ini terbukti
manjur. Dari detik pertama petikan gitar Cepot diikuti tabuhan drum dari saya,
kemudian betotan bass Budi dan selanjutnya vokal terucap dari mulut Tambun,
penonton secara spontan bergoyang bersama, larut dalam tiap hentakan nada lagu
yang kami bawakan. Jadilah kami yang terbaik dalam pensi kala itu. Yeah, that
was quite moment to remember.
Ketika kita memberikan apresiasi
kepada seseorang, maka sudah menjadi suatu hal yang lumrah apabila orang
tersebut akan berusaha untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Sama
seperti halnya apresiasi yang kami berikan kepada panitia acara pensi, penonton
dan sponsor. Terbukti, pihak-pihak tersebut menyamb utnya dengan sangat positif
terhadap penampilan yang kami suguhkan. Akan tetapi untuk mendapatkan sebuah
apresiasi tidaklah mudah. Perlu adanya sebuah kerja keras, inovasi dan
totalitas dalam tiap karya yang akan kita berikan.
Ari Soekamti, Erix Soekamti dan Dory Soekamti |
Hal itu yang saya lihat dari apa
yang dilakukan oleh Endank Soekamti. Sudah lama saya mengetahui band ini. Saya
tidak mengatakan bahwa saya ini seorang Kamtis. Saya lebih menganggap diri saya
ini sebagai penikmat musik saja. Balik lagi ke Endank Soekamti. Mulai dari
album Kelas 1 hingga album Kolaborasoe saya selalu mengikuti perkembangannya.
Paling tidak, dari tiap album yang ada saya mengetahui beberapa lagu hits-nya. Ketika
Endank Soekamti menggarap album ke-5, Angka 8, saya juga telah mengikuti web
series-nya di kanal youtube.
Saya masih sempat mengikuti
perkembangan Endank Soekamti setelah itu, tepatnya kala band ini berencana
menggarap album Kolaborasoe. Video di kanal youtube Endank Soekamti yang
terakhir kali saya lihat kala itu adalah video tentang “Rockumentary”, semacam behind the scene pembuatan album
Kolaborasoe. Praktis setelah itu saya tidak terlalu mengikuti perkembangan
mereka. Pada pengerjaan album ke tujuh, Soekamti Day, saya bahkan tidak
mengetahuinya. Saya baru mengetahui pasca web series pengerjaan album ke-7 di
Gili Sudak dalam kanal youtube Endank Soekamti berakhir.
Sampai pada akhirnya pada suatu hari saya iseng membuka youtube. Disitu ada sebuah video dengan judul menarik “Sejarah Band Jogja”. Ketika saya klik, video tersebut diunggah oleh Erix Soekamti. “wah, pasti menarik ini”, ucap saya dalam hati. Dan benar saja, dalam video tersebut memuat sebuah cerita dari sudut pandang Erix, yang tentu saja cerita tersebut tidak akan kita ketahui dari media mainstream. Setelah video itu kemudian saya iseng scrool ke video yang lain. Scrool-click, scrool-click, scrool-click, scrool-click dan sampai akhirnya tidak terasa hampir seluruh video di chanel Erix saya tonton semua. Ya, video tersebut tidak lain tidak bukan adalah #DOES, Diary Of Erix Soekamti.
Ada beberapa poin penting yang
dapat saya ambil dari ratusan tayangan #DOES. Yang pertama adalah konten yang
Informatif. Banyak sekali informasi yang saya secara pribadi dapatkan dari
tayangan #DOES. Tips tentang fotografi, tips tentang video editing, tips
mengenai travelling, kekaguman seorang Erix terhadap sosok Raisa dan masih
banyak tips lain yang Erix bagikan dalam tiap tayangan vlognya. Selain itu,
dari berbagai tayangan #DOES saya bisa melihat dengan gamblang bagaimana Erix
menunjukkan dengan nyata bahwa banyak seniman di Indonesia, dan Jogja khususnya
sangat murah hati untuk diajak berbagi. Saya melihat bahwa lewat #DOES Erix
ingin sebanyak mungkin menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, baik
di bidang musik, di bidang animasi dan bahkan di bidang pariwisata.
Dari tayangan ini saya bisa
mengenal ada musisi dari Malang sekeren Atlesta. Lagu Sensation dari musisi ini
hingga saat ini masih menjadi salah satu favorit di playlist saya. Dari
tayangan ini saya bisa mengetahui tentang luasnya kreativitas anak-anak Endank
Soekamti lewat Euphoria digital dengan berbagai project video klip musisi ternama
Indonesia. Lewat Euphoria Records dimana Jalu dengan genre Jazznya ditemukan.
Dari #DOES ini pula saya bisa mengetahui mengenai project nan ambisius dari
Endank Soekamti yang ingin memprakarsai Revolusi Musik Indonesia melalui
Euphoria.id.
Belum berhenti disitu, #DOES pula
memiliki sebuah project mulia, #DOES University. Dalam project ini, Endank
Soekamti mendirikan sebuah sekolah animasi yang diperuntukkan bagi 10 murid
terpilih untuk dikarantina selama 6 bulan. Selama 6 bulan tersebut (sekarang
sudah berjalan kurang lebih 3 bulan), siswa #DOES University ditempatkan dalam
sebuah rumah. Tugas mereka hanya satu, belajar animasi. Soal kehidupan
sehari-hari, tempat tinggal, makan, peralatan belajar hingga tenaga pelajar
semua ditanggung. Selain latar belakang dan visi dari project ini, yang
menjadikan project ini semakin menarik adalah terkait biaya operasional.
Beberapa hari lalu dalam tayangan
#DOES, belakangan diketahui bahwa biaya operasional bulanan dari #DOES
University mencapai Rp. 10 jt. Bukan jumlah yang sedikit pastinya. Tentu saja
manajemen Endank Soekamti yang menanggungnya. Akan tetapi banyak juga penonton
dari #DOES yang dengan sukarela menjadi donaturnya. Banyak yang memberikan
sumbangan uang dengan jumlah ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, ada yang
menyumbangkan jasa catering selama seminggu, ada yang menyumbang proyektor, ada
yang menyumbang AC dan masih banyak sumbangan lainnya. Tanpa disadari, #DOES
telah menjadi sebuah komunitas. Komunitas yang digalah Erix dan Endank Soekamti
yang dengan sukarela sebisa mungkin memberikan kontribusi untuk mengasah
potensi-potensi terbaik yang dimiliki bangsa ini.
Kaitannya dengan kontribusi, bagi
saya pribadi, bagian terbaik dari #DOES adalah Soekamti Day. Ya, album terbaru dari Endank Soekamti ini seperti
memberikan saya sebuah perspektif baru terhadap sebuah karya seni, dalam hal
ini adalah sebuah album musik. Dalam berbagai tayangannya, #DOES banyak
memberikan informasi terkait dengan proses dibuatnya album Soekamti Day. Dari sini
lah saya bisa mengetahui bagaimana proses kreatif tanpa henti digulirkan Endank
Soekamti. Proses ini dilakukan secara kolektif oleh seluruh manajemen Endank
Soekamti. Etos kerja, totalitas, inovasi dan kreatifitas terbalut dengan natural
dalam diri mereka.
Boxset Soekamti Day |
Tanpa sadar tampaknya saya
tersugesti oleh sebuah kutipan dari Erix, “setiap orang pada dasarnya selalu
membutuhkan vitamin A, Apresiasi”. Pada akhirnya muncul bisikan di fikir saya, “hal
seperti ini lah yang sangat pantas untuk mendapatkan sebuah apresiasi”. Setelah
apa yang saya saksikan dalam berbagai tayangan #DOES maupun video di kanal
Endank Soekamti, fikir saya telah mengamini bahwa mereka memang benar-benar
layak mendapatkan apresiasi. Kini giliran perbuatan/tindakan saya yang
mengamini. Dengan cara bagaimana? Saya memilih memberikan apresiasi terhadap
mereka melalui salah satu cara termudah, membeli boxset Soekamti Day.
Harus menunggu hingga lebih dari
satu bulan sampai akhirnya boxset album Soekamtiday sampai di tangan saya.
Maklum, saya mendapatkan antrian sekitar nomer 4000-an, jadi wajar apabila
menunggu dalam hitungan minggu. Sejauh ini menjadi salah satu karya seni
termahal yang pernah saya beli. Padahal pihak Endank Soekamti juga menyediakan
lagu-lagu di album Soekamti Day bisa dinikmati secara gratis. Tetapi tetap
saja, saya masih sudi untuk mengeluarkan sejumlah uang yang jumlahnya bisa
dikatakan tidak sedikit untuk membeli boxset ini. Akan tetapi harga itu
sebanding dengan apa yang kita dapatkan dalam boxset Soekamti Day. Selain ada
CD musik, ada juga DVD behind the scene, kaos, komik dan CD dari Jalu TP.
Dalam album kali ini, lagi-lagi
Endank Soekamti melakukan sebuah inovasi baru. Apabila di album sebelumnya,
Kolaborasoe, mereka berkolaborasi dengan berbagai musisi kenamaan di Indonesia,
di album ini mereke berkolaborasi dengan seluruh penikmat musik di dunia. Hal ini
bisa anda lihat, dengar dan nikmati dari adanya Soekamti Karaoke. Siapa saja,
basis, gitaris, drumer, vokalis, pianis, dj, atau orang awam sekalipun semuanya
bisa berkolaborasi dengan Endank Soekamti lewat Soekamti Karaoke. Semua ini
dimungkinkan lewat format open source dalam
beberapa lagu di album Soekamti Day. Sebuah inovasi yang benar-benar fresh. Mungkin format open source pada album Soekamti Day ini
satu-satunya di dunia. CMIIW.
Dengan ini saya ingin mengucapkan
selamat kepada saya, karena saya telah menemukan perspektif baru terhadap karya
seseorang. Selamat juga kepada Endank Soekamti dan #DOES karena kalian telah
menambah satu orang lagi ke dalam Kamtis Family, saya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Endank
Soekamti dan #DOES karena telah mengedukasi subscribernya dengan sebuah nilai
yang amat berharga, APRESIASI KARYA SENI. Semoga apresiasi yang didapatkan ini
menjadi energi baru bagi kalian untuk tetap menyuguhkan inovasi dalam tiap
karya selanjutnya.
iki ganas banget ceritamu pak lek.., very very nostalgic moment dude.., hahahhahaha
ReplyDelete