Friday, March 18, 2016

#DOES, Soekamti Day dan Apresiasi

“UNTITLED”. Jawaban itu dilontarkan teman saya, Tambun, vokalis, ketika ditanya MC dalam pensi yang diadakan SMA saya, “nama band yang tampil terakhir apa, nih?”. Ya, ketika itu band kami menjadi band internal dari sekolah kami yang terakhir tampil. Banyak kakak kelas yang mengatakan dipilihnya band kami menjadi penutup (sebelum bintang tamu tampil) karena penampilan kami yang (paling) menghibur ketika proses seleksi dilakukan. Sebenarnya banyak band internal yang ingin tampil, akan tetapi karena waktu yang terbatas, maka diadakan proses seleksi untuk memilih band yang layak tampil.

Logo #DOES
Setiap band diperbolehkan membawakan 2 lagu. Kami memilih “Gejolak Kawula Muda” dari Club 80’ dan “Pejantan Tambun” dari Endank Soekamti sebagai dua lagu yang akan kami bawakan. Proses seleksi berlangsung sangat lancar, akan tetapi hal yang berbeda terjadi ketika hari-H. Karena berbagai sebab, tiba-tiba salah seorang panitia memberi tahu kami bahwa hanya ada satu lagu saja yang bisa kami bawakan. Mau tidak mau kami harus mematuhi permintaan dari panitia. Kami tetap mecoba fokus untuk bisa tampil sebaik mungkin.

Tibalah giliran kami tampil di panggung. Dari sekian banyak band yang tampil, Tambun menjadi vokalis yang paling cerewet. Setelah kami sempat membawakan intro, dia masih saja ngomong ngalor-ngidul. Tapi hal ini memang sudah dia persiapkan. Dia mengatakan kepada kami bahwa sebelum tampil kita harus sebisa mungkin memberikan apresiasi, baik kepada panitia, penonton dan juga sponsor. Selain itu, hal ini menurutnya juga bisa memikat hati para juri, agar band kami dipilih menjadi yang terbaik. Hal ini terbukti manjur. Dari detik pertama petikan gitar Cepot diikuti tabuhan drum dari saya, kemudian betotan bass Budi dan selanjutnya vokal terucap dari mulut Tambun, penonton secara spontan bergoyang bersama, larut dalam tiap hentakan nada lagu yang kami bawakan. Jadilah kami yang terbaik dalam pensi kala itu. Yeah, that was quite moment to remember.

Ketika kita memberikan apresiasi kepada seseorang, maka sudah menjadi suatu hal yang lumrah apabila orang tersebut akan berusaha untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Sama seperti halnya apresiasi yang kami berikan kepada panitia acara pensi, penonton dan sponsor. Terbukti, pihak-pihak tersebut menyambutnya dengan sangat positif terhadap penampilan yang kami suguhkan. Akan tetapi untuk mendapatkan sebuah apresiasi tidaklah mudah. Perlu adanya sebuah kerja keras, inovasi dan totalitas dalam tiap karya yang akan kita berikan.
Ari Soekamti, Erix Soekamti dan Dory Soekamti

Hal itu yang saya lihat dari apa yang dilakukan oleh Endank Soekamti. Sudah lama saya mengetahui band ini. Saya tidak mengatakan bahwa saya ini seorang Kamtis. Saya lebih menganggap diri saya ini sebagai penikmat musik saja. Balik lagi ke Endank Soekamti. Mulai dari album Kelas 1 hingga album Kolaborasoe saya selalu mengikuti perkembangannya. Paling tidak, dari tiap album yang ada saya mengetahui beberapa lagu hits-nya. Ketika Endank Soekamti menggarap album ke-5, Angka 8, saya juga telah mengikuti web series-nya di kanal youtube.

Saya masih sempat mengikuti perkembangan Endank Soekamti setelah itu, tepatnya kala band ini berencana menggarap album Kolaborasoe. Video di kanal youtube Endank Soekamti yang terakhir kali saya lihat kala itu adalah video tentang “Rockumentary”, semacam behind the scene pembuatan album Kolaborasoe. Praktis setelah itu saya tidak terlalu mengikuti perkembangan mereka. Pada pengerjaan album ke tujuh, Soekamti Day, saya bahkan tidak mengetahuinya. Saya baru mengetahui pasca web series pengerjaan album ke-7 di Gili Sudak dalam kanal youtube Endank Soekamti berakhir.

Sampai pada akhirnya pada suatu hari saya iseng membuka youtube. Disitu ada sebuah video dengan judul menarik “Sejarah Band Jogja”. Ketika saya klik, video tersebut diunggah oleh Erix Soekamti. “wah, pasti menarik ini”, ucap saya dalam hati. Dan benar saja, dalam video tersebut memuat sebuah cerita dari sudut pandang Erix, yang tentu saja cerita tersebut tidak akan kita ketahui dari media mainstream. Setelah video itu kemudian saya iseng scrool ke video yang lain. Scrool-click, scrool-click, scrool-click, scrool-click dan sampai akhirnya tidak terasa hampir seluruh video di chanel Erix saya tonton semua. Ya, video tersebut tidak lain tidak bukan adalah #DOES, Diary Of Erix Soekamti.

Ada beberapa poin penting yang dapat saya ambil dari ratusan tayangan #DOES. Yang pertama adalah konten yang Informatif. Banyak sekali informasi yang saya secara pribadi dapatkan dari tayangan #DOES. Tips tentang fotografi, tips tentang video editing, tips mengenai travelling, kekaguman seorang Erix terhadap sosok Raisa dan masih banyak tips lain yang Erix bagikan dalam tiap tayangan vlognya. Selain itu, dari berbagai tayangan #DOES saya bisa melihat dengan gamblang bagaimana Erix menunjukkan dengan nyata bahwa banyak seniman di Indonesia, dan Jogja khususnya sangat murah hati untuk diajak berbagi. Saya melihat bahwa lewat #DOES Erix ingin sebanyak mungkin menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, baik di bidang musik, di bidang animasi dan bahkan di bidang pariwisata.

Dari tayangan ini saya bisa mengenal ada musisi dari Malang sekeren Atlesta. Lagu Sensation dari musisi ini hingga saat ini masih menjadi salah satu favorit di playlist saya. Dari tayangan ini saya bisa mengetahui tentang luasnya kreativitas anak-anak Endank Soekamti lewat Euphoria digital dengan berbagai project video klip musisi ternama Indonesia. Lewat Euphoria Records dimana Jalu dengan genre Jazznya ditemukan. Dari #DOES ini pula saya bisa mengetahui mengenai project nan ambisius dari Endank Soekamti yang ingin memprakarsai Revolusi Musik Indonesia melalui Euphoria.id.

Belum berhenti disitu, #DOES pula memiliki sebuah project mulia, #DOES University. Dalam project ini, Endank Soekamti mendirikan sebuah sekolah animasi yang diperuntukkan bagi 10 murid terpilih untuk dikarantina selama 6 bulan. Selama 6 bulan tersebut (sekarang sudah berjalan kurang lebih 3 bulan), siswa #DOES University ditempatkan dalam sebuah rumah. Tugas mereka hanya satu, belajar animasi. Soal kehidupan sehari-hari, tempat tinggal, makan, peralatan belajar hingga tenaga pelajar semua ditanggung. Selain latar belakang dan visi dari project ini, yang menjadikan project ini semakin menarik adalah terkait biaya operasional.

Beberapa hari lalu dalam tayangan #DOES, belakangan diketahui bahwa biaya operasional bulanan dari #DOES University mencapai Rp. 10 jt. Bukan jumlah yang sedikit pastinya. Tentu saja manajemen Endank Soekamti yang menanggungnya. Akan tetapi banyak juga penonton dari #DOES yang dengan sukarela menjadi donaturnya. Banyak yang memberikan sumbangan uang dengan jumlah ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, ada yang menyumbangkan jasa catering selama seminggu, ada yang menyumbang proyektor, ada yang menyumbang AC dan masih banyak sumbangan lainnya. Tanpa disadari, #DOES telah menjadi sebuah komunitas. Komunitas yang digalah Erix dan Endank Soekamti yang dengan sukarela sebisa mungkin memberikan kontribusi untuk mengasah potensi-potensi terbaik yang dimiliki bangsa ini.

Kaitannya dengan kontribusi, bagi saya pribadi, bagian terbaik dari #DOES adalah Soekamti Day. Ya, album terbaru dari Endank Soekamti ini seperti memberikan saya sebuah perspektif baru terhadap sebuah karya seni, dalam hal ini adalah sebuah album musik. Dalam berbagai tayangannya, #DOES banyak memberikan informasi terkait dengan proses dibuatnya album Soekamti Day. Dari sini lah saya bisa mengetahui bagaimana proses kreatif tanpa henti digulirkan Endank Soekamti. Proses ini dilakukan secara kolektif oleh seluruh manajemen Endank Soekamti. Etos kerja, totalitas, inovasi dan kreatifitas terbalut dengan natural dalam diri mereka.

Boxset Soekamti Day
Tanpa sadar tampaknya saya tersugesti oleh sebuah kutipan dari Erix, “setiap orang pada dasarnya selalu membutuhkan vitamin A, Apresiasi”. Pada akhirnya muncul bisikan di fikir saya, “hal seperti ini lah yang sangat pantas untuk mendapatkan sebuah apresiasi”. Setelah apa yang saya saksikan dalam berbagai tayangan #DOES maupun video di kanal Endank Soekamti, fikir saya telah mengamini bahwa mereka memang benar-benar layak mendapatkan apresiasi. Kini giliran perbuatan/tindakan saya yang mengamini. Dengan cara bagaimana? Saya memilih memberikan apresiasi terhadap mereka melalui salah satu cara termudah, membeli boxset Soekamti Day.

Harus menunggu hingga lebih dari satu bulan sampai akhirnya boxset album Soekamtiday sampai di tangan saya. Maklum, saya mendapatkan antrian sekitar nomer 4000-an, jadi wajar apabila menunggu dalam hitungan minggu. Sejauh ini menjadi salah satu karya seni termahal yang pernah saya beli. Padahal pihak Endank Soekamti juga menyediakan lagu-lagu di album Soekamti Day bisa dinikmati secara gratis. Tetapi tetap saja, saya masih sudi untuk mengeluarkan sejumlah uang yang jumlahnya bisa dikatakan tidak sedikit untuk membeli boxset ini. Akan tetapi harga itu sebanding dengan apa yang kita dapatkan dalam boxset Soekamti Day. Selain ada CD musik, ada juga DVD behind the scene, kaos, komik dan CD dari Jalu TP.

Dalam album kali ini, lagi-lagi Endank Soekamti melakukan sebuah inovasi baru. Apabila di album sebelumnya, Kolaborasoe, mereka berkolaborasi dengan berbagai musisi kenamaan di Indonesia, di album ini mereke berkolaborasi dengan seluruh penikmat musik di dunia. Hal ini bisa anda lihat, dengar dan nikmati dari adanya Soekamti Karaoke. Siapa saja, basis, gitaris, drumer, vokalis, pianis, dj, atau orang awam sekalipun semuanya bisa berkolaborasi dengan Endank Soekamti lewat Soekamti Karaoke. Semua ini dimungkinkan lewat format open source dalam beberapa lagu di album Soekamti Day. Sebuah inovasi yang benar-benar fresh. Mungkin format open source pada album Soekamti Day ini satu-satunya di dunia. CMIIW.

Dengan ini saya ingin mengucapkan selamat kepada saya, karena saya telah menemukan perspektif baru terhadap karya seseorang. Selamat juga kepada Endank Soekamti dan #DOES karena kalian telah menambah satu orang lagi ke dalam Kamtis Family, saya. Saya juga ingin  mengucapkan terima kasih kepada Endank Soekamti dan #DOES karena telah mengedukasi subscribernya dengan sebuah nilai yang amat berharga, APRESIASI KARYA SENI. Semoga apresiasi yang didapatkan ini menjadi energi baru bagi kalian untuk tetap menyuguhkan inovasi dalam tiap karya selanjutnya.

1 comment:

  1. iki ganas banget ceritamu pak lek.., very very nostalgic moment dude.., hahahhahaha

    ReplyDelete