funnyjunk.com |
Ada
lagi lainnya. Acara yang katanya ajang pencarian bakat bernyanyi. Musik lokal
nan mendayu sampai musik jazz yang terkadang terdengar rumit untuk dinikmati
dibawakan oleh para kontestannya. Saya kurang tau pasti, akan tetapi seringkali
ketika saya menonton salah satu tv nasional, acara ini seperti tayang seharian.
Pagi, siang sampai dengan malam. Permasalahan keluarga hingga tampilan busana
dibahas.
Satu
pertanyaan yang ada dipikiran saya ketika melihat acara seperti ini. “Berapa
banyak uang yang didapatkan dari hasil “sms dukungan” kepada para kontestan?”.
Saya yakin jumlahnya pasti sangat besar. Bayangkan saja, acara semacam ini
memiliki rating yang sangat tinggi di negeri ini. Tayangnya pun pada jam-jam
premium. Setiap sms dibandrol Rp. 2.000, dikalikan dengan berapa juta orang
yang mengirimkan “dukungan” tersebut. Apakah penonton dan peserta mengetahui
hasil pasti dari jumlah dukungan yang didapat? Saya yakin tidak.
Masih
ada tayangan lainnya. Berita. Tayangan ini mulai menjadi tayangan favorit saya
semenjak kelas 3 SMP. Sebelumnya, saya sangat membencinya. Sebabnya sepele,
eyang kakung saya seringkali menyaksikan berita berbarengan dengan tampilnya
serial kartun “Kapten Tsubasa” dan “Slam Dunk”. Otomatis saya mengalah, tv
dirumah kala itu hanya satu. Dan eyang saya hanya sekali sehari menyaksikan tv,
berita.
Saat
ini tiap kali menyaksikan berita perasaan ini terbagi dua. Apabila
diprosentasekan, 10% bahagia dan 90% sedih. Cobalah anda sesekali menyaksikan
berita. Di stasiun apa saja. Sebagian topik yang mereka beritakan berisikan
berita negatif. Tindak kriminal, pelanggaran hukum, saling serang argument
antar politisi atau pengacara, kemiskinan dan masih banyak lagi hal yang kurang
enak untuk dinikmati sebagai berita. Prosentasi 10% yang menurut saya membawa
berita bahagia paling-paling berisikan liputan mengenai lezatnya kuliner
nusantara. Paling sering itu.
Apa yang
ditayangkan oleh televisi nasional tersebut tidaklah salah. Tayangan yang ada saat
ini merupakan “pilihan” dari penonton. Bagaimana tidak? Tayangan tersebut tidak
mungkin tampil apabila tidak ada “permintaan” dari penontonnya. Masyarakat kita
sejauh ini terbukti gemar menikmati drama kosong. Tayangan yang tanpa makna,
jelas sekali hampa. Mungkin nilai positifnya ada, tapi sangat sedikit sekali
prosentasenya.
Acara
berita masih memegang teguh asas “bad
news is good news”. Sebagian besar yang diberitakan sangat tidak
mengenakkan. Berita tersebut tak jarang membuat banyak orang menjadi pesimis. Mereka
mulai kehilangan kepercayaan terhadap kelangsungan bangsa ini. Bahkan ada pula
yang menjadi apatis, tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Mereka muak dan
bosan dengan keadaan sosial sekitar. Mereka hanya memikirkan individu
masing-masing.
Saya bersyukur,
saya masih percaya dengan kelangsungan negeri ini. Saya masih memiliki rasa
peduli terhadap keadaan sosial masyarakat kita. Untuk itulah saya mencoba
berbagi keluh kesah ini. Keluhan yang saya yakin banyak dirasakan oleh sebagian
besar rakyat negeri. Hanya saja keluhan ini terpecah menjadi dua, menjadi sebuah
pesimisme atau menjadi sebuah optimisme.
Khusus
bagi yang optimis, kita masih memiliki solusi. Dari berbagai tayangan yang ada
di televisi nasional saat ini, 10% masih berisi berita bahagia. Dari 10% berita
bahagia tersebut kita masih bisa memaksimalkannya. Ketika kita menyaksikannya,
sebarkan secara luas apa yang ada didalamnya. Ajak sebanyak mungkin saudara dan
teman untuk menyaksikan acara tersebut ketika tanyang. Kita tularkan energi
positif dari tayangan tersebut seluas-luasnya. Tunjukkan kepada mereka bahwa
kondisi negeri ini tidak seburuk yang mereka kira. Masih banyak sekali di luar
sana, entah dimana, orang-orang yang dengan teguh senantiasa membawa perubahan
positif bagi lingkungannya.
Di akhir
tulisan ini saya ingin menyampaikan pesan untuk stasiun televisi negeri ini. Saya
sadar, saya bisa menikmati dengan cuma-cuma tayangan yang anda berikan. Paling banter,
saya hanya perlu membayar listrik saja. Akan tetapi sebagai penonton, saat ini
saya hanya berharap, anda berkenan memberikan porsi tambahan bagi tayangan yang
berisi berita bahagia. Bukan berarti menutup mata terkait dengan beberapa
kondisi negeri ini yang memang buruk. Akan tetapi dengan berita bahagia
tersebut harapan akan munculnya optimisme bagi masyarakat akan kembali ada.
No comments:
Post a Comment