Sunday, June 28, 2015

Televisi, Kutunggu Kabar Baik Darimu

funnyjunk.com
Tampak pembawa acara saling bercanda. Tertawa terbahak-bahak satu sama lain. Mereka saling mencela, saling mempermalukan, saling lempar banyolan yang menurut saya tidak lucu. Penonton di acara tersebut juga tampak aktif. Aktif tertawa, lebar-lebar sekali mereka membuka mulutnya. Ibarat film kartun, ketika mereka membuka mulut akan nampak banyak sekali asap yang keluar dari mulut mereka. Asap canda yang hampa, berasal dari guyonan tanpa makna hasil dari saling cela.

Ada lagi lainnya. Acara yang katanya ajang pencarian bakat bernyanyi. Musik lokal nan mendayu sampai musik jazz yang terkadang terdengar rumit untuk dinikmati dibawakan oleh para kontestannya. Saya kurang tau pasti, akan tetapi seringkali ketika saya menonton salah satu tv nasional, acara ini seperti tayang seharian. Pagi, siang sampai dengan malam. Permasalahan keluarga hingga tampilan busana dibahas.

Satu pertanyaan yang ada dipikiran saya ketika melihat acara seperti ini. “Berapa banyak uang yang didapatkan dari hasil “sms dukungan” kepada para kontestan?”. Saya yakin jumlahnya pasti sangat besar. Bayangkan saja, acara semacam ini memiliki rating yang sangat tinggi di negeri ini. Tayangnya pun pada jam-jam premium. Setiap sms dibandrol Rp. 2.000, dikalikan dengan berapa juta orang yang mengirimkan “dukungan” tersebut. Apakah penonton dan peserta mengetahui hasil pasti dari jumlah dukungan yang didapat? Saya yakin tidak.

Masih ada tayangan lainnya. Berita. Tayangan ini mulai menjadi tayangan favorit saya semenjak kelas 3 SMP. Sebelumnya, saya sangat membencinya. Sebabnya sepele, eyang kakung saya seringkali menyaksikan berita berbarengan dengan tampilnya serial kartun “Kapten Tsubasa” dan “Slam Dunk”. Otomatis saya mengalah, tv dirumah kala itu hanya satu. Dan eyang saya hanya sekali sehari menyaksikan tv, berita.

Saat ini tiap kali menyaksikan berita perasaan ini terbagi dua. Apabila diprosentasekan, 10% bahagia dan 90% sedih. Cobalah anda sesekali menyaksikan berita. Di stasiun apa saja. Sebagian topik yang mereka beritakan berisikan berita negatif. Tindak kriminal, pelanggaran hukum, saling serang argument antar politisi atau pengacara, kemiskinan dan masih banyak lagi hal yang kurang enak untuk dinikmati sebagai berita. Prosentasi 10% yang menurut saya membawa berita bahagia paling-paling berisikan liputan mengenai lezatnya kuliner nusantara. Paling sering itu.

Apa yang ditayangkan oleh televisi nasional tersebut tidaklah salah. Tayangan yang ada saat ini merupakan “pilihan” dari penonton. Bagaimana tidak? Tayangan tersebut tidak mungkin tampil apabila tidak ada “permintaan” dari penontonnya. Masyarakat kita sejauh ini terbukti gemar menikmati drama kosong. Tayangan yang tanpa makna, jelas sekali hampa. Mungkin nilai positifnya ada, tapi sangat sedikit sekali prosentasenya.

Acara berita masih memegang teguh asas “bad news is good news”. Sebagian besar yang diberitakan sangat tidak mengenakkan. Berita tersebut tak jarang membuat banyak orang menjadi pesimis. Mereka mulai kehilangan kepercayaan terhadap kelangsungan bangsa ini. Bahkan ada pula yang menjadi apatis, tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Mereka muak dan bosan dengan keadaan sosial sekitar. Mereka hanya memikirkan individu masing-masing.

Saya bersyukur, saya masih percaya dengan kelangsungan negeri ini. Saya masih memiliki rasa peduli terhadap keadaan sosial masyarakat kita. Untuk itulah saya mencoba berbagi keluh kesah ini. Keluhan yang saya yakin banyak dirasakan oleh sebagian besar rakyat negeri. Hanya saja keluhan ini terpecah menjadi dua, menjadi sebuah pesimisme atau menjadi sebuah optimisme.

Khusus bagi yang optimis, kita masih memiliki solusi. Dari berbagai tayangan yang ada di televisi nasional saat ini, 10% masih berisi berita bahagia. Dari 10% berita bahagia tersebut kita masih bisa memaksimalkannya. Ketika kita menyaksikannya, sebarkan secara luas apa yang ada didalamnya. Ajak sebanyak mungkin saudara dan teman untuk menyaksikan acara tersebut ketika tanyang. Kita tularkan energi positif dari tayangan tersebut seluas-luasnya. Tunjukkan kepada mereka bahwa kondisi negeri ini tidak seburuk yang mereka kira. Masih banyak sekali di luar sana, entah dimana, orang-orang yang dengan teguh senantiasa membawa perubahan positif bagi lingkungannya.


Di akhir tulisan ini saya ingin menyampaikan pesan untuk stasiun televisi negeri ini. Saya sadar, saya bisa menikmati dengan cuma-cuma tayangan yang anda berikan. Paling banter, saya hanya perlu membayar listrik saja. Akan tetapi sebagai penonton, saat ini saya hanya berharap, anda berkenan memberikan porsi tambahan bagi tayangan yang berisi berita bahagia. Bukan berarti menutup mata terkait dengan beberapa kondisi negeri ini yang memang buruk. Akan tetapi dengan berita bahagia tersebut harapan akan munculnya optimisme bagi masyarakat akan kembali ada. 

No comments:

Post a Comment