Friday, May 23, 2014

Terima Kasih Mister Rudi "Record Breakers" Garcia



I remember I went onto the internet and typed in 'Rudi Garcia' and the first thing I saw there was a video of him and his guitar doing the Porompompero. I said to myself, "Who the fuck have we got here?!" I was with the national team that day. I can still see myself with my computer on my lap and this guy with the guitar. I was with Pirlo at the time, I showed him this and said, "Look at who the fuck we've got!" Pirlo didn't know who he was either. Look, I'm not saying that I thought things would go badly. It's just that I didn't know him and the first image I had of him was of a guy playing the guitar. But today, honestly, I thank God that we got “Porompompero” - Daniele De Rossi.

Begitulah reaksi dari DDR ketika pertama kali mengetahui kabar bahwa manajemen Roma menetapkan RG (Rudi Garcia) sebagai pelatih anyar Roma. Apabila seorang capitano futuro saja bereaksi demikian, bagaimana dengan romanisti? Lebih keras lagi pastinya reaksi yang timbul. “Siapa Garcia?”, “Apa yang ia  ketahui tentang Serie A?”, “Apa mungkin dia mampu membawa prestasi bagi Roma?”. Kurang lebih itulah deretan pertanyaan yang mungkin lebih condong pada keraguan terhadap kemampuan dari sosok RG.

Diawal kedatangannya RG langsung “menggebrak”. Salah satunya yang paling diingat adalah ketika dia memberikan “perlindungan” kepada pemainnya. Dia menyatakan bahwa siapapun yang mengaku romanisti tetapi menghina pemain Roma tidak pantas menyebut dirinya seorang romanisti, lebih tepat apabila dia menyebut dirinya seorang Laziale. Hal ini mengacu pada peristiwa penghinaan kepada Miralem Pjanic yang dikatakan sebagai seorang gypsy karena telah memberikan ucapan selamat kepada Lulic, rekan senegara sekaligus pemain Lazio setelah memenangkan Coppa.

Perlindungan. Hal itulah yang sebelumnya tidak didapatkan pemain sejak era Luis Enrique, Zeman atau bahkan Andreazolli. Apa yang dilakukan Garcia ini sekaligus mengembalikan rasa percaya diri pemain yang sempat jatuh karena “tragedy 26 Mei” tahun lalu. Dengan perlindungan ini pula, RG ingin menunjukkan kepada pemain bahwa dia sepenuhnya percaya kepada kemampuan mereka. Bukti paling nyata adalah kepercayaan penuh yang dia berikan kepada seorang Gervinho. Meskipun permainannya belum sepenuhnya maksimal, akan tetapi pencapaian luar biasa Gervinho musim ini adalah berkat andil besar dari RG.

Selebrasi legendaris kemenangan di derby paruh pertama liga
il derby non si gioca, il derby si vince” (partai derby bukan untuk dimainkan, partai derby harus dimenangkan). Kalau boleh memilih, maka saya akan memilih kalimat tersebut sebagai quote of the season dari seorang RG. Dia menyampaikannya sehari sebelum partai derby pada putaran pertama liga. Kalimat yang sangat kuat, sarat makna dan optimisme. Roma pun memenangkan partai tersebut. Bahkan seorang Balzaretti sampai menitihkan air mata ketika mencetak gol pertama Roma ke gawang Lazio. Begitu pun dengan De Rossi. Begitu dalam makna pertandingan derby kala itu bagi para pemain.

Di paruh pertama, RG berhasil mencatatkan rekor baru di Serie A. Roma berhasil meraih sepuluh kemenangan beruntun pada 10 partai awal liga. Sebuah pencapaian yang luar biasa, diluar prediksi semua orang. Tidak ada orang yang bisa membayangkan Roma dibawah asuhan RG mampu melakukan hal tersebut. Tentu saja jika hal ini berkaca pada pencapaian Roma di dua musim sebelumnya. Berturut-turut hanya mampu menempati peringkat ke-7 di akhir klasmen Serie A.

Capaian RG musim ini
Rekor baru yang dicatatkan RG tidak berhenti sampai disitu saja. Roma berhasil meraih 85 poin dari 35 laga di Serie A. RG mencatatkan rekor pribadinya sekaligus menjadi rekor pencapaian poin terbanyak dari klub. Rekor ini memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Luciano Spalletti (80 poin, 2007-2008) dan Claudio Ranieri (82 poin, 2009-2010). Tiga poin terkahir ini diraih ketika Roma berhasil mengalahkan AC Milan dengan gol 2-0. Pastinya anda akan selalu mengingat gol indah dari seorang Pjanic. Well, apabila no Totti no Party, maka ada juga istilah no Pjanic no Magic.

Terakhir, rekor yang dicatatkan oleh RG di musim perdananya ini adalah diantara laga yang dijalani Roma musim ini (baik di Coppa maupun liga), Roma mampu mengalahkan seluruh tim yang berlaga di Serie A. Pada paruh pertama liga, tim yang belum bisa dikalahkan Roma adalah Torino, Sassuolo, Atalanta, Cagliari, Milan dan Juventus. Pada putaran kedua, seluruhnya bisa dikalahkan. Termasuk Juventus, ketika kedua tim bertemu di ajang Coppa. Secara keseluruhan Roma juga menjadi tim yang paling berkembang dari segi pencapaian poin dibandingkan musim lalu. Poin Roma musim ini meningkat 27 poin debandingkan dengan musim lalu. Tertinggi diantara pencapaian seluruh tim yang berlaga di Serie A. Sekali lagi saya katakana bahwa seluruh pencapaian ini benar-benar diluar dugaan.

Kini musim telah berakhir. Meskipun di tiga laga akhir Roma harus menderita kekalahan beruntun, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kepuasan atas capaian tim secara keseluruhan. Musim ini Roma bahkan telah melampaui target yang ditetapkan manajemen. Kembali berlaga di kompetisi eropa merupakan target awal yang dicanangkan manajemen. Itu artinya, minimal Roma harus finish di peringkat ke-5 klasmen akhir liga. Akan tetapi RG memberikan lebih dari apa yang diinginkan manajemen. Pada pekan ke-34 Roma telah memastikan diri lolos langsung ke Liga Champion musim depan berkat kemenangan di kandang Fiorentina.

Berkat pencapaiannya musim ini RG menjadi salah satu kandidat pelatih yang diinginkan oleh banyak klub. Mulai dari Monaco, PSG sampai Barcelona dikabarkan tertarik untuk menjadikan RG sebagai manajer baru. Akan tetapi Pakdhe Sabatini tidak tinggal diam saja, dia segera melakukan gerak cepat dengan menyodorkan kontrak baru bagi RG. Melipatgandakan gaji dan menambah durasi kontrak merupakan tawaran yang diberikan kepada RG. “It’s nice to see my name linked to big clubs, it’s the recognition of my work. Roma is one of the toughest teams to coach in Italy. Those rumors don’t change anything, I want to stay - Rudi Garcia. Sudah jelas sekali pernyataan RG kan? Dia masih ingin tinggal di Roma.

The management wants to make Roma one of the best clubs in Europe. You don’t achieve this target in a day, as Rome was not built in a day. But we are going in the right direction - Rudi Garcia. Ya, bahkan kota Roma pun tidak dibangun dalam satu hari. Begitu pula dengan yang terjadi pada AS Roma. Butuh proses panjang untuk kembali membawa kejayaan bagi klub. Akan tetapi, rintisan yang dilakukan manajemen sejak tiga tahun terakhir sudah mulai membuahkan hasil. Saat ini Roma telah berada dijalur yang tepat.

Pertama adalah Roma memiliki tim pelatih yang sudah terbukti kualitasnya. Kedua, kombinasi antara pemain muda penuh potensi dan pemain senior yang kaya akan pengalaman. Memang masih perlu menambah amunisi untuk menghadapi kompetisi eropa musim depan, akan tetapi tidak usah kuatir, kita semua tahu bagaimana kualitas dan kapabilitas seorang Pakdhe Sabatini. Dan yang terakhir adalah manajemen yang mumpuni, berorientasi pada bisnis dan professional. Untuk beberapa tahun kedepan dipastikan pendapatan klub akan semakin meningkat. Apalagi jika pembangunan stadio della Roma rampung, maka pendapatan klub akan semakin berlipat.

Dan untuk penutup maka tidak ada habisnya kita harus mengucapkan terima kasih kepada seorang Rudi Garcia. Kedatangannya membawa banyak sekali perubahan di klub. Semoga apa yang dikatakan presiden James Pallotta bisa terwujud. Dia ingin menjadikan Garcia sebagai Alex Ferguson-Roma. Itu berarti bahwa manajemen menginginkan RG bertahan di Roma dalam jangka waktu yang lama. Dengan apa yang dimiliki Roma saat ini, mulai sekarang kita harus berani mengamini ambisi manajemen klub untuk menjadikan Roma sebagai salah satu klub terbaik di eropa.

Grazie Roma… Grazie Mister Rudi “Record Breakers” Garcia…



No comments:

Post a Comment