![]() |
“I remember I went onto the internet and typed in 'Rudi Garcia' and the
first thing I saw there was a video of him and his guitar doing the
Porompompero. I said to myself, "Who the fuck have we got
here?!" I was with the national team that day. I can still see myself with
my computer on my lap and this guy with the guitar. I was with Pirlo at the
time, I showed him this and said, "Look at who the fuck we've got!"
Pirlo didn't know who he was either. Look, I'm not saying that I thought things
would go badly. It's just that I didn't know him and the first image I had of
him was of a guy playing the guitar. But today, honestly, I thank God that we
got “Porompompero” - Daniele De Rossi.
Begitulah reaksi
dari DDR ketika pertama kali mengetahui kabar bahwa manajemen Roma menetapkan RG
(Rudi Garcia) sebagai pelatih anyar Roma. Apabila seorang capitano futuro saja bereaksi demikian, bagaimana dengan romanisti?
Lebih keras lagi pastinya reaksi yang timbul. “Siapa Garcia?”, “Apa yang
ia ketahui tentang Serie A?”, “Apa
mungkin dia mampu membawa prestasi bagi Roma?”. Kurang lebih itulah deretan
pertanyaan yang mungkin lebih condong pada keraguan terhadap kemampuan dari
sosok RG.
Diawal kedatangannya
RG langsung “menggebrak”. Salah satunya yang paling diingat adalah ketika dia memberikan
“perlindungan” kepada pemainnya. Dia menyatakan bahwa siapapun yang mengaku
romanisti tetapi menghina pemain Roma tidak pantas menyebut dirinya seorang
romanisti, lebih tepat apabila dia menyebut dirinya seorang Laziale. Hal ini
mengacu pada peristiwa penghinaan kepada Miralem Pjanic yang dikatakan sebagai
seorang gypsy karena telah memberikan ucapan selamat kepada Lulic, rekan senegara
sekaligus pemain Lazio setelah memenangkan Coppa.
Perlindungan. Hal
itulah yang sebelumnya tidak didapatkan pemain sejak era Luis Enrique, Zeman
atau bahkan Andreazolli. Apa yang dilakukan Garcia ini sekaligus mengembalikan
rasa percaya diri pemain yang sempat jatuh karena “tragedy 26 Mei” tahun lalu. Dengan
perlindungan ini pula, RG ingin menunjukkan kepada pemain bahwa dia sepenuhnya
percaya kepada kemampuan mereka. Bukti paling nyata adalah kepercayaan penuh
yang dia berikan kepada seorang Gervinho. Meskipun permainannya belum
sepenuhnya maksimal, akan tetapi pencapaian luar biasa Gervinho musim ini
adalah berkat andil besar dari RG.
![]() |
Selebrasi legendaris kemenangan di derby paruh pertama liga |
“il derby non si gioca, il derby si vince”
(partai derby bukan untuk dimainkan, partai derby harus dimenangkan). Kalau boleh
memilih, maka saya akan memilih kalimat tersebut sebagai quote of the season dari seorang RG. Dia menyampaikannya sehari
sebelum partai derby pada putaran pertama liga. Kalimat yang sangat kuat, sarat
makna dan optimisme. Roma pun memenangkan partai tersebut. Bahkan seorang
Balzaretti sampai menitihkan air mata ketika mencetak gol pertama Roma ke
gawang Lazio. Begitu pun dengan De Rossi. Begitu dalam makna pertandingan derby
kala itu bagi para pemain.
Di paruh pertama,
RG berhasil mencatatkan rekor baru di Serie A. Roma berhasil meraih sepuluh
kemenangan beruntun pada 10 partai awal liga. Sebuah pencapaian yang luar
biasa, diluar prediksi semua orang. Tidak ada orang yang bisa membayangkan Roma
dibawah asuhan RG mampu melakukan hal tersebut. Tentu saja jika hal ini berkaca
pada pencapaian Roma di dua musim sebelumnya. Berturut-turut hanya mampu
menempati peringkat ke-7 di akhir klasmen Serie A.
![]() |
Capaian RG musim ini |
Rekor baru yang
dicatatkan RG tidak berhenti sampai disitu saja. Roma berhasil meraih 85 poin
dari 35 laga di Serie A. RG mencatatkan rekor pribadinya sekaligus menjadi
rekor pencapaian poin terbanyak dari klub. Rekor ini memecahkan rekor
sebelumnya yang dipegang oleh Luciano Spalletti (80 poin, 2007-2008) dan
Claudio Ranieri (82 poin, 2009-2010). Tiga poin terkahir ini diraih ketika Roma
berhasil mengalahkan AC Milan dengan gol 2-0. Pastinya anda akan selalu
mengingat gol indah dari seorang Pjanic. Well, apabila no Totti no Party, maka ada juga istilah no Pjanic no Magic.
Terakhir, rekor
yang dicatatkan oleh RG di musim perdananya ini adalah diantara laga yang
dijalani Roma musim ini (baik di Coppa maupun liga), Roma mampu mengalahkan
seluruh tim yang berlaga di Serie A. Pada paruh pertama liga, tim yang belum
bisa dikalahkan Roma adalah Torino, Sassuolo, Atalanta, Cagliari, Milan dan
Juventus. Pada putaran kedua, seluruhnya bisa dikalahkan. Termasuk Juventus,
ketika kedua tim bertemu di ajang Coppa. Secara keseluruhan Roma juga menjadi
tim yang paling berkembang dari segi pencapaian poin dibandingkan musim lalu.
Poin Roma musim ini meningkat 27 poin debandingkan dengan musim lalu. Tertinggi
diantara pencapaian seluruh tim yang berlaga di Serie A. Sekali lagi saya katakana
bahwa seluruh pencapaian ini benar-benar diluar dugaan.
Kini musim telah
berakhir. Meskipun di tiga laga akhir Roma harus menderita kekalahan beruntun,
akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kepuasan atas capaian tim secara keseluruhan.
Musim ini Roma bahkan telah melampaui target yang ditetapkan manajemen. Kembali
berlaga di kompetisi eropa merupakan target awal yang dicanangkan manajemen. Itu
artinya, minimal Roma harus finish di peringkat ke-5 klasmen akhir liga. Akan tetapi
RG memberikan lebih dari apa yang diinginkan manajemen. Pada pekan ke-34 Roma
telah memastikan diri lolos langsung ke Liga Champion musim depan berkat
kemenangan di kandang Fiorentina.
Berkat pencapaiannya
musim ini RG menjadi salah satu kandidat pelatih yang diinginkan oleh banyak
klub. Mulai dari Monaco, PSG sampai Barcelona dikabarkan tertarik untuk
menjadikan RG sebagai manajer baru. Akan tetapi Pakdhe Sabatini tidak tinggal
diam saja, dia segera melakukan gerak cepat dengan menyodorkan kontrak baru
bagi RG. Melipatgandakan gaji dan menambah durasi kontrak merupakan tawaran
yang diberikan kepada RG. “It’s nice to
see my name linked to big clubs, it’s the recognition of my work. Roma is one
of the toughest teams to coach in Italy. Those rumors don’t change anything, I
want to stay” - Rudi Garcia. Sudah jelas sekali pernyataan RG kan?
Dia masih ingin tinggal di Roma.
“The management wants to make Roma one of the
best clubs in Europe. You don’t achieve this target in a day, as Rome was not
built in a day. But we are going in the right direction” - Rudi Garcia. Ya, bahkan kota Roma pun tidak
dibangun dalam satu hari. Begitu pula dengan yang terjadi pada AS Roma. Butuh proses
panjang untuk kembali membawa kejayaan bagi klub. Akan tetapi, rintisan yang
dilakukan manajemen sejak tiga tahun terakhir sudah mulai membuahkan hasil. Saat
ini Roma telah berada dijalur yang tepat.
Pertama adalah Roma memiliki tim pelatih
yang sudah terbukti kualitasnya. Kedua, kombinasi antara pemain muda penuh
potensi dan pemain senior yang kaya akan pengalaman. Memang masih perlu
menambah amunisi untuk menghadapi kompetisi eropa musim depan, akan tetapi
tidak usah kuatir, kita semua tahu bagaimana kualitas dan kapabilitas seorang
Pakdhe Sabatini. Dan yang terakhir adalah manajemen yang mumpuni, berorientasi
pada bisnis dan professional. Untuk beberapa tahun kedepan dipastikan
pendapatan klub akan semakin meningkat. Apalagi jika pembangunan stadio della Roma rampung, maka
pendapatan klub akan semakin berlipat.
Dan untuk penutup maka tidak ada
habisnya kita harus mengucapkan terima kasih kepada seorang Rudi Garcia. Kedatangannya
membawa banyak sekali perubahan di klub. Semoga apa yang dikatakan presiden
James Pallotta bisa terwujud. Dia ingin menjadikan Garcia sebagai Alex
Ferguson-Roma. Itu berarti bahwa manajemen menginginkan RG bertahan di Roma
dalam jangka waktu yang lama. Dengan apa yang dimiliki Roma saat ini, mulai
sekarang kita harus berani mengamini ambisi manajemen klub untuk menjadikan
Roma sebagai salah satu klub terbaik di eropa.
Grazie Roma… Grazie Mister Rudi “Record Breakers” Garcia…
No comments:
Post a Comment