Thursday, December 12, 2013

Sudahlah PKS…

Akhir pekan menjadi hal salah satu hal yang menyenangkan bagi saya. Selain tayangan sepak bola, bisa berkumpul dengan keluarga juga menjadi kenikmatan lainnya. Maklum, sejak duduk dibangku SMP seringkali saya bisa berkumpul bersama keluarga tiap akhir pekan saja. Nah, salah satu kegiatan menyenangkan ketika berkumpul ini adalah menikmati masakan ibu. Ibu saya paling jago kalau sudah masak “asem-asem daging sapi”.

Salah satu gambar LHI yang jadi bahan olok-olok
Saat ini kalau ngomong soal daging sapi, pasti yang terlintas di pikiran kita adalah kasus korupsi daging sapi yang dilakukan kader PKS. Yang terlibat tidak main-main, PRESIDEN partainya. Saking besarnya ekspos media terhadap kasus ini, nama PKS bahkan sering dijadikan bahan olok-olok. Tidak usah saya sebutkan lah olok-oloknya seperti apa, ngeri juga misalnya nanti kena pasal pencemaran nama baik.

Sebenarnya sejak dulu saya kurang setuju apabila agama dibawa untuk berpolitik. Sempat pula kala pemilu tahun 2009 lalu, saya menjadi anomali dengan beberapa teman dikampus. Banyak teman yang bilang bahwa satu-satunya partai yang layak dipilih kala itu hanya PKS. Partainya bersih, anti korupsi dan bernafas islam. Menurut saya, kalau mau menegakkan agama ya lewat jalur agama saja. Apabila agama sudah dicampurkan dengan politik, pasti ujungnya juga mencari kekuasaan.

Kalau sudah berhubungan dengan kekuasaan ini, apa saja bisa dihalalkan. Dan hal itu bisa dilakukan oleh siapa saja, pun orang tersebut menyandang predikat udztad, macam mantan PRESIDEN PKS. Sang mantan PRESIDEN kemarin sudah diputuskan bersalah oleh pengadilan tipikor. Vonis hukuman 16 tahun penjara juga telah diketok oleh hakim. Ada yang menerima vonis tersebut seperti Menkominfo yang juga salah satu kader PKS, Tifatul Sembiring.

"Fakta persidangan harus jadi pelajaran semua orang, bahwa berniat pun sudah dihukum. Fakta persidangan, Pak Luthfi tidak terima uang langsung dari Indoguna. Yang terima (uang) Fathanah dan uang itu belum sampai (ke LHI). Kuota impor belum ditambah. Ini pelajaran bagi semua, khususnya bagi kader PKS, harus sangat berhati-hati, berniat saja tidak boleh" – Tifatul Sembiring.

Pernyataan bijak dari seorang petinggi partai yang kadernya divonis bersalah atas kasus korupsi. Seharusnya seluruh petinggi partai melakukan hal yang serupa. Segera mengakui kesalahan, meminta maaf kepada masyarakat. Akan tetapi sayang, pernyataan bijak hanya disampaikan oleh sedikit kadernya. Ada satu pernyataan yang membuat saya miris ketika membacanya.

“Sementara Luthfi yang dituduh menerima Rp 1,3 miliar dari Fathanah, yang pada kenyataannya tak menerima satu persen pun, divonis 16 tahun penjara. Jadi terkesan kalau ingin korupsi, korupsilah yang banyak supaya hukumannya ringan,” – Hidayat Nur Wahid.

Miris lihat gambar satu ini
Pernyataan seperti ini, meskipun itu hanya mengambil perumpamaan saja, menurut saya merupakan salah satu blunder terbesar elit PKS. Sudah terbukti bersalah, vonis sudah ditetapkan, tapi mengapa masih belum mau mengaku? Malahan sekarang membuat pernyataan macam itu. Lebih baik saat ini tim kuasa hukum dari PKS mempersiapkan bandingnya dengan matang. Jangan lupa berdoa, semoga vonisnya tidak lebih berat, seperti yang kemarin dialami Angelina Sondakh.

Keprihatinan saya terhadap PKS tidak cukup hanya disitu. Seringkali mereka menyatakan bahwa kasus korupsi ini adalah sebuah konspirasi. Kasus korupsi ini merupakan sebuah tindakan dzolim kepada PKS. Dan yang paling tidak suka adalah masih ada pembelaan berkedok alasan agama walaupun dalam proses persidangan tindak korupsi sudah jelas terbukti.

Seringkali modus ini digunakan
Jujur, saya salut kepada militansi kader PKS. Mereka begitu kuat dengan basis grass-root, kader partai ini begitu solid dan loyal. Hal ini juga jadi bukti bahwa proses kaderisasi yang dilakukan elit partai berhasil. Entah apa yang dijanjikan ketika elit partai bertemu dengan kedernya, sehingga mereka bisa begitu solid. Keadilan? Kesejahteraan? Atau mungkin surga? Whatever…

Banyak kader partai ini yang hidupnya sederhana, bersih dan berjuang demi partai. Tapi bagaimana dengan elit partainya? Kalian tidak lihat bagaimana kehidupan LHI? Rumah mewah, mobil mewah, istri tiga. Parahnya, istri ketiganya dinikahi ketika ketika masih duduk di bangku kelak 3 SMK. Mengapa tindakan seperti ini masih kalian bela? Masih belum cukup dengan LHI?

Masih ingat bagaimana respon awal elit partai kalian ketika Fathanah ditangkap? Ramai-ramai sekali menyangkal tidak mengetahui, tidak kenal dan sebagainya. Begitu KPK mengeluarkan bukti foto tentang keberadaan Fathanah bersama-sama elit PKS masih saja ditampik oleh elit PKS. Mungkin istilah habis manis sepah dibuang paling tepat dialamatkan kepada Ahmad Fathanah. Sudah capek-capek mengumpulkan “dana dakwah” tapi tidak diakui dan dibuang begitu saja oleh elit partainya.

Harapan saya sebenarnya cukup simple. Sudahi perjuangan mati-matian kalian para kader PKS yang membela elit yang sudah terbukti bersalah secara hukum. Tidak perlu lagi kalian membenci KPK. Kalian seharusnya berterima kasih kepada KPK, karena lembaga ini telah berusaha membantu untuk kembali mengembalikan predikat “bersih” kepada partai anda. Saatnya bagi kalian untuk mengakui kesalahan elit partai. Saya yakin sudah sangat banyak rakyat Indonesia yang sudah bosan dengan berbagai pembelaan kalian kepada elit tersebut.


Sudahlah PKS, semuanya sudah cukup. Terima kenyataan, hadapi dengan jantan, dan kembali lagi bersihkan partai anda. Walaupun saya bukan simpatisan ataupun kader partai anda, tapi paling tidak saya masih sudi mendoakan agar kedepannya kader partai ini bisa menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih amanah dan tentunya lebih fathanah.

Wednesday, December 11, 2013

Indra Sjafrie; Tukang Pos Pembawa Optimisme Bagi Sepak Bola dalam Negeri

“Bagi kami tidak ada kata jenuh, kami semua disini adalah pejuang bangsa”. Begitulah jawaban dari coach Indra Sjafrie ketika saya melontarkan pertanyaan mengenai kiat-kiat apa saja yang dilakukan untuk mengusir rasa jenuh selama pemusatan latihan timnas U19 selama berada di kota Batu. Sebuah jawaban sarat makna dan penuh dengan optimisme.

Senin 9 Desember 2013, ditengah guyuran langit kota Jogja saya menjadi salah satu orang yang berkesempatan untuk dapat langsung berinteraksi dengan coach Indra melalui teleconference. Pelatih yang belakangan namanya melambung setelah memberikan gelar piala AFF U19 dan membawa Indonesia lolos pada putaran final AFC Cup U19 di Myanmar tahun depan.

Sore itu saya mengikuti acara yang diadakan oleh “teng-teng crit” (thenguk-thenguk crito/duduk-duduk sambil ngobrol). Sebuah komunitas diskusi di Jogja yang malam itu mengangkat tema sepak bola. Dalam acara tersebut, coach Indra menjadi salah satu narasumber. Selain coach Indra, ada pula narasumber dari BCS dan mas @zenrs. Memang percakapan yang dilakukan tidak terlalu lama, sekitar 20 menit. Maklum, ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Tidak enak juga rasanya apabila mengganggu waktu istirahat beliau.

Selain pertanyaan dari saya tadi, malam itu coach Indra juga menjawab banyak pertanyaan dari mas @zenrs. Mulai dari pengalamannya selama menangani timnas, perkembangan terakhir kondisi tim di Batu, hingga pertanyaan mengenai sepak bola Indonesia secara umum. Setiap pertanyaan dijawab dengan lugas, jelas dan tanpa basa-basi. Berikut ini merupakan script hasil wawancara via teleconference dengan coach Indra.

Selama menjalani TC jangka panjang di Batu, salah satu hal yang ditakutkan menjadi penghambat adalah kejenuhan. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar skuad yang ada merupakan pemain yang masih belia. Jadi apa saja kiat-kiat yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?

Bagi kami tidak ada kata jenuh, kami semua disini adalah pejuang bangsa. Saya lebih suka menyebutnya refreshing. Jadi selama di Batu di akhir pekan saya memberikan satu hari libur bagi tim. Dalam setiap kesempatan dihari libur yang saya berikan, kami melakukan berapa kegiatan salah satunya berkunjung ke tempat rekreasi. Kebetulan di Malang terdapat banyak tempat rekreasi yang dapat kami kunjungi. Selain itu, kemarin saya juga sempat mengundang keluarga dan juga pacar dari pemain.”

Bagaimana perkembangan terakhir tim di Batu?

“Secara keseluruhan kondisi tim saat ini bagus. Infrastruktur dan seluruh kelengkapan pendukung di tempat TC juga bagus”.

Bagaimana dengan support dari PSSI?

“Bagus. PSSI sepenuhnya memberikan dukungan pada seluruh kegiatan kami di sini”.

Kabar terakhir, ada pemain yang anda coret. Apa yang dijadikan pertimbangan dalam pencoretan tersebut?

“Iya, benar. Kemarin saya mencoret dua pemain. Keduanya mengalami cidera saat mengikuti TC. Hal tersebut bisa dikatakan merupakan salah satu bukti bahwa mereka tidak mampu mengikuti metode latihan yang diberikan oleh tim pelatih U19. Kalau mengikuti metode latihan saja tidak bisa, mereka itu bukan pemain bagus.”

Apakah ada rencana untuk melakukan seleksi lagi?

“Tidak. Saya tidak akan mengadakan seleksi lanjutan. Saya telah memilih pemain dari hasil kunjungan saya ke 43 kota. Saya akan mencoba memaksimalkan pemain yang saat ini ada. Dari 40 orang yang kemarin dipilih, nanti jumlahnya akan diciutkan menjadi 23 orang. Jumlah pemain yang sesuai dengan peraturan untuk mengikuti kompetisi AFC Cup U19 tahun depan.”

Jadi saat ini tidak ada lagi harapan bagi anak-anak yang kemarin belum sempat mengikuti latihan dikarenakan berbagai alasan. Mereka saat ini mungkin hanya bisa berdoa saja terkait harapannya membela timnas U19?

“Jangan hanya berdoa saja. Mereka harus tetap berusaha. Kesempatan mereka untuk dapat membela negara selalu terbuka. Tapi yang jelas saya tidak akan melakukan seleksi lanjutan dalam waktu dekat ini.”

Bagaimana dengan pemain diluar skuad AFF dan kualifikasi AFC, apakah bisa mengikuti irama latihan dengan pemain lama yang sudah lebih dulu tergabung?

“Secara umum pemain bisa beradaptasi. Rata-rata pemain yang ada saat ini sudah memiliki teknik individu yang bagus-bagus. Banyak pemain yang memiliki kemampuan menggiring bola untuk kemudian melewati satu-dua pemain. Itu kan juga salah satu dasar dari teknik individu yang telah lebih dulu mereka miliki. Kedepan kita akan mencoba untuk membangun taktik bermain mereka dalam tim. Saat ini di Batu kita terlebih dulu fokus pada pembentukan fisik pemain. Ibarat membangun rumah, kita saat ini sedang membangun fondasi rumahnya. Nanti rencanya pada bulan Januari kita akan pindah ke Jogja. Disana kita akan mulai membangun teknik bermain seluruh pemain U19.”

Dalam tim anda saat ini, apakah ada pemain yang sebelumnya sama sekali belum pernah mengenyam pelatihan di SSB?

“Ada satu pemain, dia adalah Yabes Roni Malafeini. Bisa dikatakan selama ini dia berlatih sepak bola secara otodidak”.

Terkait dengan sepak bola Indonesia secara umum, menurut anda apa yang harus dilakukan untuk menjadikan sepak bola kita bisa lebih maju?

“Saya kira yang harus dilakukan adalah dengan menciptakan sebanyak mungkin pelatih yang berkualitas. Di Indonesia ini sebenarnya banyak sekali pemain yang bagus, akan tetapi tidak digarap (dilatih) dengan baik. Tidak perlu lagi ada acara tim dikirim ke luar negeri untuk berlatih, itu hanya akan menghambur-hamburkan uang negara saja. Apabila tetap melakukannya, kita hanya akan dibodoh-bodohin saja sama bangsa asing. Kita ini pada dasarnya mampu kok melakukannya. Untuk pelatihan kepada pelatih, kita bisa memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh FIFA dan AFC yang setiap tahun memberikan fasilitas kepelatihan ke Indonesia. Selain dari sisi pelatih, sisi pemain juga harus dilakukan pembenahan. Caranya dengan membentuk SSB yang berkualitas sebanyak mungkin. SSB akan berkualitas jika pelatihnya juga berkualitas. Terakhir adalah dukungan infrastruktur. Pemerintah sudah seharusnya membuat sebanyak mungkin lapangan sepak bola di negeri ini.”

Lantas bagaimana pendapat anda mengenai banyaknya pelatih dan pemain asing di liga Indonesia saat ini? Apakah anda tidak setuju dengan keberadaan mereka?

“Saya tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Saat ini keberadaan pelatih dan pemain asing di liga Indonesia sudah terlalu banyak, apalagi banyak dari pelatih dan pemain ini kualitasnya cuma ecek-ecek saja. Tidak usah saya sebutkan juga seharusnya kalian banyak yang tahu soal ini. Ditambah lagi, kebanyakan pemain asing yang merumput di Indonesia ini menempati posisi-posisi kunci di tim. Penyerang, pemain tengah dan pemain belakang. Kalau hal ini terus-terusan dilakukan pemain kita akan semakin sedikit mendapatkan kesempatan bermain. Bagaimana bisa maju kalau begini.”

Untuk target di AFC Cup U19 nanti bagaimana?

“Tidak perlu ditanyakan lagi itu. Saya sudah berkali-kali menyatakan dengan jelas bahwa target kita adalah lolos ke piala dunia U20. Kita ini pada dasarnya mampu kok. Mental gagal jangan terlalu terpatri di negara ini, kita harus tetap optimis.”

Timnas U23 yang berlaga di Seagames baru saja bertanding, apakah anda menyaksikan? Bagaimana pendapat anda mengenai permainannya?

“Iya, barusan saya nonton timnas Seagames dengan tim pelatih. Kalau soal permainan mungkin saya tidak perlu banyak berkomentar.”

Lebih menarik permainan timnas U19 ya Coach?

“Ya pasti lah, sudah jelas itu”. (Mendengar jawaban ini, teman-teman yang hadir langsung bersorak riuh dan memberikan tepuk tangan meriah untuk coach Indra).

Terakhir, apa pesan dari anda?

“Saya ingin berpesan untuk seluruh masyarakat Indonesia, kini saatnya bagi kita semua untuk bersatu. Jangan lagi ada pengelompokan suporter, suporter a, suporter b. Harusnya tidak ada lagi yang seperti itu. Hanya ada suporter yang mendukung satu Indonesia. Selain suporter juga saya berharap pengurus juga harus bersatu. Tidak usah lagi sampai terjadi kisruh dualisme seperti beberapa waktu lalu. Masak iya kalian semua tidak malu dengan anak-anak yang saya latih. Mereka masih muda saja sudah bisa bersatu dengan solid. Terakhir yang terpenting adalah saya senantiasa memohon atas doa masyarakat Indonesia agar pemusatan latihan yang sedang diadakan bisa berlangsung dengan baik dan lancer, serta nantinya target mencapai lolos ke piala dunia U20 bisa tercapai.”

Demikian merupakan petikan wawancara via teleconference yang dilakukan. Singkat memang, akan tetapi dalam waktu yang singkat tersebut membawa pesan yang sarat akan makna. Setiap jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada coach Indra selalu dijawab dengan lugas dan penuh optimisme. Sebuah hal yang sangat jarang kita temui dalam diri sosok pelatih lokal dewasa ini.

Dengan optimisme yang tinggi itu pula coach Indra secara tidak langsung juga masih menjalankan pekerjaannya yang dulu sempat dilakoni, menjadi “tukang pos”. Pasca pensiun dari sepak bola, beliau sempat menjadi pegawai dari kantor pos, hingga jabatan terakhir yang sempat diemban adalah kepala kantor pos di salah satu daerah di provinsi Sumatra Barat. Belakangan pekerjaannya ditinggalkan karena dia lebih memilih untuk konsentrasi blusukan mencari pemain untuk timnas U19.

Seperti yang dikatakan oleh mas @zenrs, apabila dulu tugas dari coach Indra adalah seorang tukang pos yang mengantarkan surat, tetapi saat ini hal tersebut telah berubah. Saat ini tugas beliau adalah sebagai tukang pos yang mengantarkan optimisme bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sebuah optimisme akan prestasi tinggi untuk sepak bola. Jika sebelumnya keinginan untuk tampil di piala dunia merupakan sebuah mimpi yang sangat tinggi untuk dicapai, akan tetapi dengan optimisme yang dibawa oleh coach Indra mimpi tersebut menjadi terasa realistis untuk diraih.

Terima kasih kepada coach Indra. Jangan lelah untuk menyebarkan optimisme kepada seluruh masyarakat Indonesia. Semoga perjuangan pajang anda berbuah kisah yang happy ending.

Monday, December 2, 2013

Untuk Roma, Bermainlah Dengan Hati Layaknya Totti

Photo by getty image
Akhir-akhir ini saya sedang getol-getolnya menonton film American Football. Mulai dari Two For The Money, We Are Marshall, Undefeated hingga yang terakhir saya tonton adalah Invisible. Dari keempat film tersebut, saya memilih Invicible sebagai film  American Football favorit saya sejauh ini. Film ini diambil dari kisah nyata seorang Vince Papale (Mark Wellberg). Seorang supporter sejati dari salah satu tim yang berlaga di NFL, Philadelphia Eagle.

Setting film ini adalah pada tahun 70-an, dimana kala itu perekonomian di wilayah “Phili” sedang memburuk. Banyak pengangguran di kota tersebut hingga mengakibatkan Papale juga menjadi salah satu korbannya. Dia kehilangan profesinya sebagai guru karena kebijakan yang diterapkan sekolah tempatnya mengajar untuk melakukan penghematan anggaran. Istrinya yang kemudian meminta berpisah menjadi pelengkap kesialan Papale.

Untuk menyambung hidup, Papale kemudian bekerja di bar milik seorang temannya menjadi bartender. Peruntungan Papale baru muncul ketika Philadelphia Eagle yang menghadirkan pelatih baru mengadakan open trial bagi semua penduduk kota. Hebatnya dia menjadi satu-satu orang dari ribuan peserta yang direkrut untuk memperkuat Philadelphia Eagle di NFL.

Dia dipilih bukan hanya karena pertimbangan teknis semata. Pelatih yang memilihnya juga memiliki pertimbangan nonteknis. Sebagai “putra daerah”, meskipun kala itu umur Papale telah menginjak 30 tahun, akan tetapi pelatih melihatnya sebagai pemain yang selalu bermain dengan hati. Kecintaan terhadap tim yang dia idolakan sejak kecil selalu memberikan energi lebih baginya di tiap sesi latihan.

Perjalanan karirnya di NFL tidak langsung mulus. Dalam pertandingan preseason, dalam 6 pertandingan pembuka tim ini selalu menelan kekalahan. Baru akhirnya pada pertandingan ke-7 tim ini mendapatkan kemenangan perdana. Kemenangan itu didapatkan kala Eagle bermain di kandang. Dan tebak, siapa yang menjadi pahlawan dalam pertandingan tersebut? Vince Papale! “putra daerah” yang selalu bermain dengan segenap hatinya ketika bertanding.

Quatrick Hasil Imbang
Tahukah anda salah satu penyebab hasil buruk yang didapatkan Roma musim lalu? Jawabannya adalah kehilangan banyak poin dari tim yang diatas kertas bisa dikalahkan. Setelah jawaban yang saya berikan pasti anda langsung merespon“Ini kan sepak bola, bukan matematika”. Ya, hal tersebut memang benar, akan tetapi jangan dilupakan juga bahwa musim lalu Roma mampu mengalahkan tim yang termasuk dalam the magnificent seven di Serie A.

Torino, Sassuolo, Cagliari dan terakhir Atalanta merupakan tim yang diatas kertas seharusnya bisa diatasi oleh Roma. Akan tetapi dari keempat pertandingan tersebut, Roma justru hanya mampu meraih hasil imbang. Khusus untuk pertandingan semalam saya memiliki beberapa catatan penting. Akan sangat menyenangkan apabila catatan saya ini bisa diberikan kepada om Rudi. Barangkali bisa membantu mengurangi kebiasaannya mencatat ketika pertandingan berlangsung  (*^&^%$%$#???/ ).

Seumpama malam ini saya bisa bertemu dengan om Rudi, ada satu pertanyaan yang sangat ingin saya sampaikan kepadanya. “Sebenarnya apa yang anda pikirkan dengan seorang Marquinho?”. Jujur saja, makin lama saya makin jengkel dengan pemain yang satu ini. Permainannya musim ini tidak kunjung membaik. Apalagi setelah insiden “banting botol” yang sempat dia lakukan ketika ditarik keluar saat pertandingan tandang melawan Sampdoria. Permainannya semalam sangat mengecewakan. Sering kehilangan bola, baik itu salah umpan maupun mudah terjatuh. Sebentar lagi bulan Januari, semongga pakdhe Sabatini mempertimbangkan pemain ini untuk dilego.

Gol Atalanta yang dicetak Brivio semalam memang terlihat sangat konyol. Kiper sarat pengalaman yang sebelumnya paling sedikit kebobolan di Seria A musim ini dengan hanya 3 gol bisa ditaklukkan dengan begitu mudahnya. Gol dari Brivio semalam juga mengingatkan saya dengan gol yang dulu pernah dicetak oleh Lamela kala Roma bertandang ke San Paolo dengan meraih kemenangan 1-3. Kebiasaan buruk “Saint Morgan” yaitu mrucutan (tangkapannya tidak lengket) kembali terlihat musim ini. Semoga performa MDS bisa kembali membaik di pertandingan selanjutnya.

Untuk pertama kalinya musim ini, DDR tidak bermain penuh. Dia digantikan oleh Ljajic yang semalam kembali tampil sebagai supersub dengan satu assist untuk gol Strootman. Yang membuat saya kaget adalah ketika ban kapten justru diberikan kepada Mehdi Benatia. Akhirnya teka-teki siapa kapten ketiga musim ini pun terjawab sudah. Sebelumnya saya mengira bahwa MDS atau bahkan Florenzi yang akan menyandang predikat tersebut. Semalam juga menjadi malam yang bersejarah bagi seorang Roman, dialah Frederico Ricci. Binaan primavera Roma ini resmi menjalani debutnya bersama. Meskipun singkat dan tidak terlalu memberikan pengaruh besar, tapi paling tidak dia telah mendapatkan kepercayaan dari om Rudi.

Saatnya Mencontoh Totti
Apabila gambar tersebut diamati, seharusnya gol yang dicetak Bradley semalam sah. Terlihat posisi Bradley dan Lucchini berdiri sejajar. Sebelum kejadian tersebut, pemain Atalanta bahkan terlihat dengan jelas menyentuh bola ketika menghalau tendangan Maicon. Jadi kesimpulannya Roma dirugikan wasit? Tidak sepenuhnya. Karena sebenarnya kerugian terbesar Roma disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah taktik om Rudi, dan yang kedua adalah absennya Francesco Totti.

Corierre dello Sport
Sejak awal kedatangannya ke Roma, ada beberapa pengamat yang mencoba untuk mengingatkan Romanisti bahwa kelemahan mendasar om Rudi adalah dia hanya memiliki dua taktik. Taktik pertama adalah plan A, apabila taktik itu tidak berjalan maka akan diterapkan taktik kedua yaitu stick to plan A. Hingga pekan kesepuluh, mungkin taktik itu masih bisa membuahkan hasil baik. Akan tetapi setelah itu, tim lawan mulai bisa membaca taktik Roma. Lawan lebih memilih untuk menumpuk pemainnya di lini pertahanan, memberikan Roma kendali penuh, hingga pada akhirnya Roma tidak tahu musti berbuat apa.

Hal ini kemudian diperparah dengan absennya Francesco Totti. Sejauh ini Totti telah absen dalam 6 pertandingan. Dalam 6 pertandingan tersebut Roma hanya mampu meraih 2 kemenangan dan 4 kali imbang. Gol yang tercipta juga sangat minim dibandingkan dengan ketika Totti bermain, yaitu sebanyak 4 gol saja. Dalam kasus ini saya merasakan dua hal sekaligus, heran sekaligus kagum. Heran karena begitu berpengaruhnya seorang Totti bagi Roma, dan kagum dengan pengaruh besar Totti bagi Roma. Nah lho, bingung gak tuh?

 “And you guys are not the team that’s short on talent here today. And I swear you’ll never be again the team short on character. We need to find the soul of this team again. The soul that drove great Eagle players. Players like Norm Van Brocklin, Tommy McDonald, Steve Van Buren. They weren’t just out here playing for themselves. They played for a city. People of Philadelphia have suffered. You are what they turn to in time like these. You are what gives them hope. Lets win one for them. Let’s win one for us. Bring it in.” – Dick Vermell.

Dalam situasi seperti saat ini, kalimat yang diucapkan pelatih Philadelphia Eagle sangat tepat ditujukan kepada pemain Roma. Seluruh pemain harus bermain dengan hati mereka. Mereka tidak hanya bermain untuk mereka sendiri, mereka harus bermain untuk kota dan bahkan untuk seluruh Romanisti. Sudah saatnya seluruh pemain bermain layaknya Totti atau bahkan Vince Papale. Keduanya selalu memberikan yang terbaik bagi tim. Mereka melakukannya karena kecintaan kepada tim. Dan yang lebih penting lagi, mereka melakukannya dengan sepenuh hati.
Forza Roma!!!