Friday, January 10, 2020

Pulangku, Tujuku, Timurku


Pada kerasnya cor beton kami memacu laju. Diatas jalanan yang belah lahan sawah dengan kabut yang masih bercumbu. Pagi itu sinar matahari tembus pori kaca, jadikan silau. Kanan - kiri kami nampak kuning, pun sebenarnya lebih dominan hijau.

Trans Jawa pagi ini begitu lengang. Yang nampak hanya jalanan lurus membentang, memanjang dan begitu lapang. Sesekali kami lewati jalanan layang. Terlihat beberapa orang sambil lalu-lalang, melintang.

Tinggal beberapa kilometer lagi. Kami akan mendapatkan obat mujarab, penawar rindu, keluh kesah hati. Perjalanan kali ini rasanya seolah begitu suci. Kalau boleh bermajas hiperbola, bisa saja disamakan seperti naik haji.

Rumah di kampung halaman bagai kakbahnya, kedua telapak tangan ibu-bapak bagai hajar aswadnya, padat jalan yang berujung macet bagai tawafnya, klepon pun  juga tiwul bagai kurmanya, serta sirup Marjan rasa melon atau coco pandan sebagai air zam-zamnya.

Mudik adalah saat untuk bernostalgia. Selami sejenak sensasi melankolia. Nikmati setiap detiknya. Tuntaskan semua rasa rindu yang gelora. Dan yang terpenting dan utama, syukuri lebaranmu apapun keadaannya.


Tol Soket, 6 Juni 2019

No comments:

Post a Comment