Satu
bulan yang lalu saya mengalami sebuah pengalaman yang menakjubkan.
Ketika pagi tiba, hati saya begitu berbunga-bunga. Bagaimana tidak,
sehari sebelumnya saya bertemu dengan sosok yang begitu saya
idolakan. Dia adalah Francesco Totti. Saya teringat betul, dengan
semangat yang menggelora saya berangkat ke Trigoria, menunggu anda di
pelataran parkir kendaraan, penuh dengan atribut AS Roma. Saat yang
saya nantikan datang ketika anda tiba, berjalan dengan penuh
kharisma, dan dengan penuh keramahan menyapa saya. Saya tidak tahu
dengan apa yang anda ucapkan kali itu, yang jelas saya langsung
mengajak anda untuk berfoto bersama. Dengan bahasa Inggris ngelantur
karena rasa grogi yang luar biasa saya berucap kepada anda
“Captain, you are my idol. I was following your career since 2000, before our latest scudetto. Your totality to the club, your integrity to the game and your loyalty to the city of Rome will always be in my mind. No matter what, I will always look up for you”
Anda
hanya memberikan senyum simpul. Dan kemudian saya meminta anda untuk
foto wifie dengan kamera HP yang saya bawa.
“I
will upload this photo in my Instagram and Path. I will share my
happiness to all my friends in social media”
Dengan
santai anda membelas ucapan saya tadi.
“no,
no. No Instagram, No Path. Facebook and Twitter eh”
Mendengar
ucapan anda saya dengan sigap menangkap maksud tersebut.
“oke,
Captain. I will upload in Facebook and Twitter then”
Singkat
cerita, setelah sesi latihan di Trigoria selesai, saya kemudian
kembali ke tempat saya menginap. Saya bisa tidur dengan nyenyak dan
keesokan harinya tak sabar untuk membagikan pengalaman luar biasa
yang saya alami tersebut dengan seluruh teman saya.
Pagi
pun tiba, langsung saya membuka HP, mencari foto wefie yang sehari
sebelumnya saya lakukan dengan anda. Sudah tak sabar rasanya ingin
pamer ke teman-teman saya. Ketika membuka gallery foto, file yang
saya cari tidak ada. Berkali-kali saya scroll ke atas dan kebawah,
hasilnya tetap nihil. Hingga pada akhirnya saya tersedar, bahwa
kejadian yang saya (rasa) alami tersebut hanya ada di mimpi. Sontak
saja perasaan saya tidak karuan. Antara sedih karena impian saya
masih menjadi angan semata, dan bahagia karena paling tidak saya bisa
bertemu langsung dengan anda meskipun belum di kehidupan nyata.
Pengalaman saya tidak mengada-ada. Kejadian itu benar-benar saya
alami sekitar satu bulan yang lalu. Tepat di malam setelah Nike
memberikan tribut dengan memperkenalkan sepatu Tiempo khusus edisi
Totti. Bisa kalian bayangkan, begitu besarnya kekaguman saya tentang
sosok seorang Totti, hingga pertemuan dengannya sampai terbawa mimpi.
Jika
ditarik kebelakang, saya pernah menyaksikan langsung Anda. Tepatnya
pada 26 Juli 2015. Kala itu AS Roma mengadakan tour yang berjuluk
#ASRomaDay. Pada tour kali itu, Roma mengadakan kunjungan ke Jakarta
dan menggelar pertandingan eksebisi. Tidak perduli pertandingan
tersebut hanya bersifat simulasi, karena tim yang bermain adalah
sesama pemain Roma. Yang terpenting kala itu adalah keberadaan kami
sebagai fans AS Roma yang berada jauh terpisahkan jarak hingga lebih
dari 10.000 km mendapat pengakuan dari manajemen klub. Saya masih
ingat bagaimana saya begitu bersemangat sepanjang pertandingan
menyaksikan tim bermain. Berdiri 90 menit bersama dengan Romanisti
Indonesia di tribun selatan stadion Gelora Bung Karno. Sesuai
pertandingan, saya masih menunggu rombongan tim meninggalkan stadion.
Jarak terdekat saya dan Totti |
Terlihat
jelas bus yang digunakan oleh tim melintas tak jauh dari saya. Ketika
itu, anda berada pada tempat duduk paling belakang, tepat disamping
kaca sebelah kanan bus. Itu adalah jarak terdekat antara saya dengan
anda. Kurang lebih sekitar 3 meter, terpisah oleh kaca, terpisah oleh
kerumunan Romanisti Indonesia, terpisah oleh tebal besi baja. Tak
jadi masalah, pengalaman tersebut sudah cukup. Begitu luar biasa
senangnya saya mengelu-elukan nama anda. Seolah kaca dan tebalnya
besi-baja bus tak menjadi pemisah.
Malam
ini, hari dimana anda memutuskan untuk mengakhiri karir sebagai
pemain Roma akhirnya tiba. Jujur, ini adalah momen yang paling saya
takutkan sebagai seorang Romanista. Saya belum bisa menerima seorang
pemain dengan kemampuan dewa seperti anda memutuskan untuk pensiun.
Saya belum bisa legowo menyaksikan pertandingan Roma tanpa penampilan
anda, pun hanya berada di bangku cadangan pemain. Saya masih belum
bisa ikhlas menyaksikan anda melambaikan tangan tanda perpisahan
kepada seluruh penonton yang hadir di Olimpico. Saya belum bisa
menerimanya.
Tetapi,
ini adalah sebuah sebuah cerita. Ada awal, dan pada akhirnya harus
ada akhir. Hari ini adalah bagian dari penggalan akhir dari sebuah
cerita romansa di kota abadi, Roma. Sebuah romansa yang tak akan ada
duanya. Sebuah romansa yang menceritakan pengabdian selama seperempat
abad. Sebuah romansa yang yang menceritakan begitu banyak
pengorbanan. Sebuah romansa yang menceritakan sebuah integritas,
totalitas dan yang paling penting dari semua itu adalah gambaran
nyata dari sebuah loyalitas.
Francesco
Totti. Terima kasih terucap untuk semua kalimat puja-puji yang tidak
bisa terangkai lagi. Totalitas, integritas dan loyalitas yang anda
tunjukkan akan selalu saya jadikan contoh dalam diri. Sampai kapan
pun, sosokmu akan selalu terpatri di fikir dan hati. Suatu saat
nanti, apabila diberikan kesempatan, dengan penuh gairah dan
kebanggan akan saya ceritakan romansa indah ini kepada anak-cucu yang
saya miliki.
Tidak
terasa, ketika menulis artikel ini air mata saya mengucur. Tetapi
bisa saya pastikan bahwa air mata ini bukanlah air mata sedih akan
datangnya perpisahan. Air mata ini adalah air mata kebahagiaan karena
selama seperempat abad ini kami memiliki sosok besar seperti anda.
Pada akhirnya, sebuah era dari seorang pangeran besar Roma akan
diakhiri. Mulai detik ini, sepak bola tidak akan terasa sama seperti
dulu lagi. Yang tersisa hanyalah sebuah ucapan, terima kasih, Grazie
Totti.
Yogyakarta,
28 Mei 2017
No comments:
Post a Comment