Sunday, May 28, 2017

Francesco Totti; Cerita Romansa di Kota Abadi

Satu bulan yang lalu saya mengalami sebuah pengalaman yang menakjubkan. Ketika pagi tiba, hati saya begitu berbunga-bunga. Bagaimana tidak, sehari sebelumnya saya bertemu dengan sosok yang begitu saya idolakan. Dia adalah Francesco Totti. Saya teringat betul, dengan semangat yang menggelora saya berangkat ke Trigoria, menunggu anda di pelataran parkir kendaraan, penuh dengan atribut AS Roma. Saat yang saya nantikan datang ketika anda tiba, berjalan dengan penuh kharisma, dan dengan penuh keramahan menyapa saya. Saya tidak tahu dengan apa yang anda ucapkan kali itu, yang jelas saya langsung mengajak anda untuk berfoto bersama. Dengan bahasa Inggris ngelantur karena rasa grogi yang luar biasa saya berucap kepada anda

“Captain, you are my idol. I was following your career since 2000, before our latest scudetto. Your totality to the club, your integrity to the game and your loyalty to the city of Rome will always be in my mind. No matter what, I will always look up for you”

Anda hanya memberikan senyum simpul. Dan kemudian saya meminta anda untuk foto wifie dengan kamera HP yang saya bawa.

I will upload this photo in my Instagram and Path. I will share my happiness to all my friends in social media”

Dengan santai anda membelas ucapan saya tadi.

no, no. No Instagram, No Path. Facebook and Twitter eh”

Mendengar ucapan anda saya dengan sigap menangkap maksud tersebut.

oke, Captain. I will upload in Facebook and Twitter then”

Singkat cerita, setelah sesi latihan di Trigoria selesai, saya kemudian kembali ke tempat saya menginap. Saya bisa tidur dengan nyenyak dan keesokan harinya tak sabar untuk membagikan pengalaman luar biasa yang saya alami tersebut dengan seluruh teman saya.

Pagi pun tiba, langsung saya membuka HP, mencari foto wefie yang sehari sebelumnya saya lakukan dengan anda. Sudah tak sabar rasanya ingin pamer ke teman-teman saya. Ketika membuka gallery foto, file yang saya cari tidak ada. Berkali-kali saya scroll ke atas dan kebawah, hasilnya tetap nihil. Hingga pada akhirnya saya tersedar, bahwa kejadian yang saya (rasa) alami tersebut hanya ada di mimpi. Sontak saja perasaan saya tidak karuan. Antara sedih karena impian saya masih menjadi angan semata, dan bahagia karena paling tidak saya bisa bertemu langsung dengan anda meskipun belum di kehidupan nyata. Pengalaman saya tidak mengada-ada. Kejadian itu benar-benar saya alami sekitar satu bulan yang lalu. Tepat di malam setelah Nike memberikan tribut dengan memperkenalkan sepatu Tiempo khusus edisi Totti. Bisa kalian bayangkan, begitu besarnya kekaguman saya tentang sosok seorang Totti, hingga pertemuan dengannya sampai terbawa mimpi.

Jika ditarik kebelakang, saya pernah menyaksikan langsung Anda. Tepatnya pada 26 Juli 2015. Kala itu AS Roma mengadakan tour yang berjuluk #ASRomaDay. Pada tour kali itu, Roma mengadakan kunjungan ke Jakarta dan menggelar pertandingan eksebisi. Tidak perduli pertandingan tersebut hanya bersifat simulasi, karena tim yang bermain adalah sesama pemain Roma. Yang terpenting kala itu adalah keberadaan kami sebagai fans AS Roma yang berada jauh terpisahkan jarak hingga lebih dari 10.000 km mendapat pengakuan dari manajemen klub. Saya masih ingat bagaimana saya begitu bersemangat sepanjang pertandingan menyaksikan tim bermain. Berdiri 90 menit bersama dengan Romanisti Indonesia di tribun selatan stadion Gelora Bung Karno. Sesuai pertandingan, saya masih menunggu rombongan tim meninggalkan stadion.

Jarak terdekat saya dan Totti
Terlihat jelas bus yang digunakan oleh tim melintas tak jauh dari saya. Ketika itu, anda berada pada tempat duduk paling belakang, tepat disamping kaca sebelah kanan bus. Itu adalah jarak terdekat antara saya dengan anda. Kurang lebih sekitar 3 meter, terpisah oleh kaca, terpisah oleh kerumunan Romanisti Indonesia, terpisah oleh tebal besi baja. Tak jadi masalah, pengalaman tersebut sudah cukup. Begitu luar biasa senangnya saya mengelu-elukan nama anda. Seolah kaca dan tebalnya besi-baja bus tak menjadi pemisah.

Malam ini, hari dimana anda memutuskan untuk mengakhiri karir sebagai pemain Roma akhirnya tiba. Jujur, ini adalah momen yang paling saya takutkan sebagai seorang Romanista. Saya belum bisa menerima seorang pemain dengan kemampuan dewa seperti anda memutuskan untuk pensiun. Saya belum bisa legowo menyaksikan pertandingan Roma tanpa penampilan anda, pun hanya berada di bangku cadangan pemain. Saya masih belum bisa ikhlas menyaksikan anda melambaikan tangan tanda perpisahan kepada seluruh penonton yang hadir di Olimpico. Saya belum bisa menerimanya.

Tetapi, ini adalah sebuah sebuah cerita. Ada awal, dan pada akhirnya harus ada akhir. Hari ini adalah bagian dari penggalan akhir dari sebuah cerita romansa di kota abadi, Roma. Sebuah romansa yang tak akan ada duanya. Sebuah romansa yang menceritakan pengabdian selama seperempat abad. Sebuah romansa yang yang menceritakan begitu banyak pengorbanan. Sebuah romansa yang menceritakan sebuah integritas, totalitas dan yang paling penting dari semua itu adalah gambaran nyata dari sebuah loyalitas.

Francesco Totti. Terima kasih terucap untuk semua kalimat puja-puji yang tidak bisa terangkai lagi. Totalitas, integritas dan loyalitas yang anda tunjukkan akan selalu saya jadikan contoh dalam diri. Sampai kapan pun, sosokmu akan selalu terpatri di fikir dan hati. Suatu saat nanti, apabila diberikan kesempatan, dengan penuh gairah dan kebanggan akan saya ceritakan romansa indah ini kepada anak-cucu yang saya miliki.

Tidak terasa, ketika menulis artikel ini air mata saya mengucur. Tetapi bisa saya pastikan bahwa air mata ini bukanlah air mata sedih akan datangnya perpisahan. Air mata ini adalah air mata kebahagiaan karena selama seperempat abad ini kami memiliki sosok besar seperti anda. Pada akhirnya, sebuah era dari seorang pangeran besar Roma akan diakhiri. Mulai detik ini, sepak bola tidak akan terasa sama seperti dulu lagi. Yang tersisa hanyalah sebuah ucapan, terima kasih, Grazie Totti.


Yogyakarta, 28 Mei 2017