Thursday, May 31, 2012

The Prince of Botanist, The Pliny of North, The Second Adam, “L”


Carl Linnaeus has a variety names. Swedes know him as Carl von LinnĂ©, the name he took when raised to the nobility in 1757. In the Anglo-Saxon world he is normally referedto as Carl Lenneaus, which name he was given at his baptism. The Latin ending of his sur-name indicates academic status, without which he would have been called Carl Nilsson, after his father. Then again, Linnaeus has been called Princeps botanicorum, the Prince of Botanist, “The Pliny of the North”, “The Second Adam” and other names besides. To present-day botanist and zoologist who concrn themselves with matter of taxonomy, he is jus plain “L.”, the letter which indicates the naming of an outstandingly large number of imoportand organism.
A Swedish proverb says that a loved child has many names. Perhaps the same goes for an importand person, and it was certaintly no common occurrence for a scientist and professor to be elevated to the nobility. Not many scientists were accorded equality of status with Pliny, the great natural historian of antiquity. And of course it was grander still to camper Linnaeus with the ruler of Paradise and the first namer of animals. Thousands of plants and animals remind us of the person who named them, and innumerable garland of flowers have been tied in honour of Linnaeus. Every Swedish povince has its emblematic flower, and the Twinflower, provincial emblem of Smaland, is called Linnea after the great son of that province, putting all Swedes in mind of him personally. Not until the earth once more lies empty and desolate will the name of Linnaeus be forgotten.
Linnaeus made rather a big thing of his humble origins. “A great man can step forth from  a small origins,” he wrote in one of his autobiographies. However charming and uncomplicated he might seem, he was supremely career-minded. This, however, is to moralise, and as a historian one ought rahter tahan emphasise the social mobility so typical of Swedish society at the time. Linnaeus’ grandfather was a peasant, his fahter entered the Church, he himself became a physician and eventually a professor and a member of the nobility. One could scarcely advance any futher than that. Sweden was a relatively open society whose agrarian population was traditinally endowed with strength and liberty.
Trought the centuries, the culture of the parsonage has been the backbone of science and the arts in Sweden. This is due to the close connection between Church and State in Sweden during the 17th century, known is Swedish as “the Age of Greatness”. The Lutheran Church was indispensable to the State as an educator of the peasant population in peacetime and as shepherd of souls in the great wars of the period. The glory and the misery of the time demanded moral fibre. When te bubble burst, with the death of Charles XXI on his Norwegian campaign in 1718, the established Church remained to pilot the country into the more pacific and culturally fertile Age of Liberty.

Tuesday, May 29, 2012

Karimunjawa: Setelah Anda Menginjakkan Kaki Disana, Akan Sulit untuk Mencari Tandingannya


Judul diatas tidaklah berlebihan. Anda akan mengamini pernyataan saya tersebut setelah berkunjung, melihat dan merasakan langsung betapa indahnya pulau di utara Jawa tersebut. Satu tahun yang lalu tepatnya pada 14-17 Mei 2011, saya bersama dengan beberapa teman berkunjung ke pulau Karimunjawa. Kami berlima, berangkat dari Jogja dengan menggunakan mobil salah satu teman saya untuk kemudian menuju pelabuhan di Jepara. 


Kami memulai perjalanan pada malam sebelumnya, dikarenakan kapal yang akan membawa kami ke pulau Karimunjawa berangkat pada pukul 7 pagi. Kala itu, kami memilih untuk menggunakan jasa tour, kami memilih jasa yang ditawarkan oleh agen “Putra Karimunjawa”. Salah satu pertimbangan utama kami adalah biaya yang ditawarkan lebih murah (maklum, mahasiswa budgetnya mepet :p).


Perjalanan yang kami tempuh cukup berat. Pada tanggal keberangkatan kami adalah long weekend, otomatis orang yang berencana berkunjung ke Karimunjawa membludak. "Cobaan" terberat yang harus kami hadapi untuk menuju Karimunjawa adalah ketika kami menaiki Kapal Muria, salah satu dari dua kapal yang memiliki rute tujuan Karimunjawa. Kapasitas kapal yang seharusnya maksimal diisi dengan 250 orang, terpaksa harus diisi lebih dari 500 orang. Jujur muncul ketakutan dengan situasi tersebut, akan tetapi kami sudah "kepalang tanggung" tinggal sejengkal lagi kami akan melihat langsung keindahan Karimunjawa yang sebelumnya hanya bisa kami nikmati dari foto-fotonya di internet. 


Keadaan kapal yang over capacity ternyata belumlah seberapa. Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke pulau Karimunjawa ternyata memakan waktu hingga lima jam. Momen diatas kapal Muria mungkin menjadi salah satu momen paling membosankan atau bahkan menegangkan dalam hidup kami. Meskipun demikian, selama berada diatas laut Jawa, beruntung kami bertemu dengan sekawanan lumba-lumba yang dengan manis menyapa. Sekelompok hewan yang mulai sulit ditemui ini dengan manja melompat-lompat seakan menggoda kami semua. Pertemuan tersebut bagaikan oase ditengah padang pasir luas yang harus kami lalui. 


Baiklah, khusus untuk artikel kali ini, saya tidak akan banyak menulis. Saya akan lebih banyak berbagi foto-foto saya dan teman-teman ketika berkunjung kesana. Sebagian besar foto yang saya share dalam artikel ini adalah 100% asli, tanpa ada editan dari software tertentu. Kecuali dua foto, dengan model utamanya saya :) hehehe. Baiklah, saya akan mencoba memberi gambaran bagaimana liburan saya berlangsung dengan foto-foto berikut:


1. kedatangan kami di pelabuhan karimunjawa.
 2. foto bersama bareng teman satu kos
 3. suasana kamar di penginapan
 4. malam mingguan di alun-alun karimunjawa
 5. hari pertama menuju "surga dunia"
 6. gaya dulu diatas kapal :)
 7. bagaikan karang dibalik kaca
 8. salah satu "pose wajib"
 9. makan siang spesial dari Putra Karimunjawa
 10. sambal dan ikan bakarnya JUARA!!
 11. pake sunblock dulu :)
 12. bagaikan karang dibalik kaca II
 13. keindahan pulaunya membuat kami gila I
 14. pasir putih, lautan biru, langit cerah I
 15. pasit putih, lautan biru, langit cerah II
 16. begitu jelas karang terlihat
 17. foto bareng mas Faul, guide dari Putra Karimunjawa
 18. laut dan ikan di pulau Maer
 19. keindahan pulaunya membuat kami gila II
 20. bercinta dengan alam bawah laut karimunjawa I
 21. bercinta dengan alam bawah laut karimunjawa II
 22. bercinta dengan alam bawah laut karimunjawa III
 23. bercinta dengan alam bawah laut karimunjawa IV
 24. bercinta dengan alam bawah laut karimunjawa V
 25. salah satu teman yang beruntung bercumbu dengan "NEMO" I
 26. salah satu teman yang beruntung bercumbu dengan "NEMO" II
 27. Karimunjawa TOP!!!





















Khusus untuk foto pertama dan terakhir ini, memang diedit, akan tetapi seandainya tidak diedit pun, keindahan alam Karimunjawa tetap menawan. Ketika anda berkunjung kesana, sejenak anda akan sadar bahwa bumi nusantara ini benar-benar indah. Segala kejadian dan berita negatif mengenai negeri ini tiba-tiba sirna dari fikir. Kekaguman terhadap keindahan dan kekayaan alam nusantara akan kembali tumbuh ketika anda bercinta dengan keindahan karang, lucunya ikan dan birunya lautan Karimunjawa. 


Saat ini, pariwisata di Karimunjawa mulai menggeliat, bahkan akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Kini setiap harinya terdapat dua penyeberangan menuju Karimunjawa, dan waktu yang ditempuh juga hanya dua jam saja. Nah, untuk itu bagi kalian yang belum sempat berkunjung kesana saya sarankan segera rencanakan. Bagi yang sudah lama merencanakan, segera realisasikan. karena saya jamin setelah anda menginjakkan kaki disana, akan sulit untuk mencari tandingannya.